Jumat, 18 Maret 2016

PTK Sistem Komputer dengan Aplikasi Atanua



PENELITIAN TINDAKAN KELAS(PTK)











PENGGUNAAN APLIKASI ATANUA LOGIC SIMULATOR  PADA METODE PEMBELAJARAN PROJECT BASE LEARNING  DAPAT MEMBANTU SISW A MEMAHAMI FUNGSI GERBANG DASAR DI KELAS X TKJ “





Oleh
 Mustari



SMK  NEGERI 1 SANGATTA UTARA
TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016




BAB I
PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG
Mata pelajaran Sistem Komputer untuk sebagian siswa kelas X TKJ termasuk salah satu Mata Pelajaran Produktif  TKJ yang sulit  dimengerti dan dipahami oleh siswa  karena di Mata Pelajaran tersebut terdapat materi yang memuat sistem bilangan digital dan operasi Logika . Sistem Bilangan digital ini memuat bilangan Biner, Oktal dan Heksadesimal sedangkan operasi logic adalah pengembangan konsep dari sistem bilangan yang sudah dipahami sebelumnya  , untuk memahami sistem bilangan ini siswa diharapkan memiliki kemampuan dasar matematika dan logika berpikir. Kurang minatnya siswa akan pelajaran ini yang dapat berakibat penurunan hasil belajar siswa. Konsekuensi negatif  dari  kondisi  tersebut  dapat  dilihat  dengan kurangnya siswa untuk mengetahui,  memahami  dan  mengaplikasikan konsep terutama pada komptensi dasar pengetahuan dan pemahaman tentang sistem bilangan Digital dan Operasi Aritmetika Logic  Model pembelajaran yang diterapkan guru masih berorientasi  teacher center, artinya guru memegang peranan penuh dalam proses belajar mengajar sementara siswa hanya menerima pelajaran secara pasif. Sistem penyampaian materi pelajaran lebih banyak didominasi oleh guru yang cenderung bersifat komunikasi satu arah.
Pada Struktur Kurikulum 2013 SMK/MAK berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2013, mata Pelajaran Sistem komputer masuk pada kelompok pelajaran Peminatan(C) atau lebih khusus lagi pada kelompok mata pelajaran Dasar Bidang Keahlian(C1) dengan alokasi waktu pertemuan 2 jam perminggu. Sebagai Mata pelajaran Dasar Bidang Keahlian maka pelajaran tersebut diajarkan di tingkat kelas X semua Paket Keahlian TKJ, Multimedia dan RPL. Selain Kompetensi inti atau nilai Sikap yang harus dicapai siswa, Siswa juga harus dapat meningkatkan pemahaman dan memiliki kompetensi dasar atau ketrampilan dasar pada mata pelajaran bidang Keahlian sebagaimana yang diharapkan pada kurikulum 2013, termasuk mata pelajaran sistem komputer.
Walaupun kabupaten lain di wilayah Indonesia sebagian besar menunda pemberlakuan Kurikulum 2013.  Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Timur siap dengan konsekuensinya terhadap kemandirian dalam pengadaan buku dan pelatihan guru. Hal ini dilakukan karena pada prinsipnya kurikulum 2013 memiliki kelebihan dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya.  Salah satunya proses pembelajaran yang dengan pendekatan scientifik.  Proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu:
a. mengamati;
b.  menanya;
c.  mengumpulkan informasi
d.  mengasosiasi; dan
e.  mengkomunikasikan
Sistem Komputer diajarkan 2 jam perminggunya (2 x 45 menit), dengan waktu yang terbatas tersebut seringkali guru mengalami kesulitan mengajarkan mata pelajaran tersebut karena selain tujuannya menambah wawasan siswa untuk meningkatkan pemahamannya, guru juga dituntut bahwa setelah mengikuti pelajaran tersebut siswa memiliki kompetensi dasar sebagaimana yang diharapkan pada semua mata pelajaran Keahlian yang biasa diistilahkan pelajaran “produktif”. Dengan kondisi itu terkadang guru menggunakan model pembelajaran yang terpusat pada guru sehingga selama proses pembelajaran tidak memberikan kesempatan siswa untuk mengemukakan ide, menyampaikan gagasan, dan memberikan ruang untuk mengembangkan ketrampilannya yang pada akhirnya menjadi tertutup, pasif, tidak kreatif dan tidak terampil.  Padahal menurut penelitian Usdayana dkk.(2003), menyatakan bahwa pemberian kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan gagasan ternyata memunculkan gagasan-gagasan emas.
Meninjau hasil belajar siswa pada Tahun ajaran sebelumnya 2014/2015, di evaluasi hampir 75 % siswa kelas X TKJ khusus untuk pembahasan materi ini memperoleh nilai di bawah KKM atau di bawah Nilai 2,27 (skala 1-4). Rata-Rata siswa terkendala pada Materi Sistem Bilangan dan Penjabarannya melalui gerbang logika dan logika aritmetika. Untuk itu dibutuhkan metode pengajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Model pembelajaran Problem Base Learning sesuai untuk materi Peserta didik belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan Pada tahun ajaran 2014/2015 model pembelajaran yang saya gunakan untu materi program linier adalah problem base learning, hanya saya belum maksimal melaksanakan karena terkendala dengan belum lengkapnya perangkat pembelajaran yang disiapkan seperti jobsheet dan media pembelajarannya.
A.    RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana meningkatkan Pemahaman siswa tentang Relasi Logik Fungsi Gerbang Dasar (And, Or, Not, Nand, Exor) dan Arithmatic Logic unit siswa kelas X TKJ melalui model pembelajaran Problem Base Learning
2.       Bagaimana meningkatkan Ketrampilan  siswa  menggunakan relasi logik dan arithmatic logic unit pada standart kompetensi  siswa kelas X TKJ melalui model pembelajaran Problem Base Learning




B.     TUJUAN PENELITIAN
1.    Untuk mengetahui  cara meningkatkan pengetahuan siswa  memahami  Relasi Logik Fungsi Gerbang Dasar (And, Or, Not, Nand, Exor) dan relasi logic siswa kelas X TKJ melalui model pembelajaran Problem  Base Learning
2.    Untuk mengetahui cara meningkatkan Ketrampilan siswa Menggunakn Relasi Logik Fungsi Gerbang Dasar (And, Or, Not, Nand, Exor) siswa kelas X TKJ melalui model pembelajaran Problem  Base Learning
3.      MANFAAT PENELITIAN
1.      Bagi Guru
Guru terdorong untuk menemukan pendekatan atau metode yang tepat meningkatkan ketrampilan dan minat siswa dalam proses belajar sistem komputer khususnya pada komptensi dasar memahami Relasi Logik Fungsi Gerbang Dasar (And, Or, Not, Nand, Exor) dan Arimetik Logic pada standart kompetensi sistem komputer
2.      Bagi siswa
Siswa dapat meningkatkan ketrampilan dan minat terhadap pelajaran sistem komputer serta modal untuk memahami dasar keahlian komputer sebagai bekal kompetensi melanjutkan ke tahapan belajar paket keahlian Teknik Komputer dan Jaringan
3.      Bagi Sekolah
PTK ini sangat bermanfaat bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sistem komputer khususnya komptensi dasar memahami Relasi Logik Fungsi Gerbang Dasar (And, Or, Not, Nand, Exor) dan Arimetik Logic pada standart kompetensi sistem komputer segaligus berbagi informasi dengan sekolah lainnnya dalam menerapkan pembelajaran yang mengundang siswa aktif belajar pada pelajaran paket keahlian teknik Komputer dan jaringan. PTK ini juga dapat berguna memotivasi guru lainnya untuk melakukan PTK, karena dengan PTK seorang guru dapat mengetahui potensi menngajarnya serta kekurangannya sehingga kedepannya nanti mempunyai gambaran apa yang harus seharusnya dilakuakan seorang guru
4.      Bagi Masyarakat
PTK ini diharapkan menjadi sumber informasi dan pengetahuan bagi siapapun untuk mengambarkan bahwa di SMK Negeri 1 Sangatta Utara Khususnya dan Dinas Pendidikan Kutai Timur umumnya tetap melakukan peningkatkan kualitas dan mutu cara mengajar guru  melalui kegiatan ilmiah seperti pembuatan PTK ini.
5.      Bagi Pemerintah
PTK ini diharapkan akan dapat memberikan masukan kepada pemerintah , khususnya pengembang kurikulum mata pelajaran paket Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan, untuk mengevaluasi proses belajar mengajar khususnya mata pelajaran paket keahlian (produktif) mengingat lulusan SMK diharapkan memiliki bekal ketrampilan bukan hanya di tertulis di atas selembar kertas ijazah tetapi melekat pada siswa tersebut. Ini menjadi masalah serius bagi bangsa Indonesia mengingat kualitas lulusan SMK saat ini sangat rendah, apalagi di Tahun 2016 sebagai awal berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang mana siswa tidak hanya bersaing dengan sejawatnya di Indonesia tetapi dengan lulusan sekolah dari negara-negara ASEAN. Hal  itu menjadi perhatiann bersama untuk terus dievaluasi dan mencari solusi terbaik tetapi peranan Pemerintah dalam hal ini sangat berarti sekali.









BAB II
KAJIAN TEORI



A.   Problem Based Learning (PBL)

1.    Pengertian Problem Based Learning

Problem Based Learning (PBL) dalam bahasa Indonesia disebut Pembelajaran  Berbasis  Masalah  (PBM).  Pembelajaran  Berbasis  Masalah merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada.
Pengertian   Pembelajaran   Berbasis   masalah   yang  lain  adalah  metode mengajar dengan fokus pemecahan  masalah  yang nyata, proses dimana  Peserta didik melaksanakan  kerja kelompok, umpan balik, diskusi yang dapat berfungsi sebagai  batu loncatan  untuk investigasi  dan penyelidikan  dan laporan akhir.Dengan  demikian Peserta didik di dorong untuk lebih aktif terlibat dalam materi pembelajaran dan mengembangkan ketrampilan berfikir kritis.
Pembelajaran  berbasis  masalah  merupakan  sebuah  pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik   untuk   belajar.   Dalam   kelas   yang  menerapkan   pembelajaran   berbasis masalah, peserta didik bekerja dalamtim untuk





2.    Karakteristik Problem Based Learning

Karakteristik Problem Based Learning adalah sebagai berikut:

a.    Permasalahan menjadi starting point dalam belajar

b.     Permasalahan  yang  diangkat  adalah  permasalahan  yang  ada  di  dunia nyata yang tidak terstruktur
c.    Permasalahan memebutuhkan perspektif ganda

d.     Permasalahan  menantang pengetahuan  yang dimilki oleh Peserta didik, sikap dan kompentensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam mengajar;
e.    Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama:

f.     Pemanfaatan  sumber  pengetahuan  yang  beragam,  penggunaannya,  dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM;
g.    Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif;

h.     Pengembangan   keterampilan   inquiri   dan   pemecahan   masalah   sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan;
i.      Keterbukaan  proses  dalam  PBM  meliputi  sintesis  dan  integrasi  dari sebuah proses belajar; dan
j.      PBM  melibatkan  evaluasi  dan  review  pengalaman  Peserta  didik  dan proses belajar





3. Sintak Model Problem Based Learning

Proses   PBL   mereplikasi   pendekatan   sistematik   yang   sudah   banyak digunakan dalam menyelesaikan masalah atau memenuhi tuntutan-tuntutan dalam dunia kehidupan dan karier.
Sintak operasional PBL bisa rmencakup antara lain sebagai berikut:

a.    Pertama-tama Peserta didik disajikan suatu masalah.

b.     Peserta didik mendiskusikan masalah dalam tutorial PBL dalam sebuah kelompok kecil.   Mereka   mengklarifikasi    fakta-fakta    suatu   kasus kemudian mendefinisikan sebuah masalah. Mereka membrainstorming gagasan-gagasannya dengan berpijak pada pengetahuan sebelumnya. Kemudian,  mereka  mengidentifikasi  apa  yang mereka  butuhkan  untuk menyelesaikan masalah serta apa yang mereka tidak ketahui. Mereka menelaah   masalah   tersebut.   Mereka   juga  mendesain   suatu  rencana tindakan untuk menggarap masalah.
c.     Peserta  didik  terlibat  dalam  studi  independen   untuk  menyelesaikan masalah  diluar bimbingan  guru. Hal ini bisa mencakup:  perpustakaan, database, website, masyarakat, dan observasi.
d.     Peserta didik kembali pada tutorial PBL, lalu saling sharing, informasi, melalui peer teaching atau cooperative learning atas masalah tertentu.
e.    Peserta didik menyajikan solusi atas masalah.

f.     Peserta  didik  mereview  apa  yang  mereka  pelajari  proses  pengerjaan selama  ini.  Semua  yang  berpartisipasi  dalam  proses  tersebut  terlibat





dalam  review  berpasangan,  dan  review  berdasarkan  bimbingan  guru, sekaligus melakukan refleksi atas kontribusinya tehadap proses tersebut2
4. Langkah-Langkah Penggunaan Model Problem Based Learning

Ibrahim  dan Nur (2000:13)  dan  Ismail  (2002:1)  mengemukakan  bahwa langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1        Langkah-langkah Problem Based Learning
Fase
Indikator
Tingkah Laku Guru
1
Orientasi Peserta didik pada
masalah
Menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi Peserta didik terlibat pada aktivitas pemecahan masalah
2
Mengorganisasi Peserta
didik untuk belajar
Membantu Peserta didik mendefinisikan
dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
3
Membimbing pengalaman
individual/kelompok
Mendorong Peserta didik untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
4
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Membantu Peserta didik dalam
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
5
Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah
Membantu Peserta didik untuk melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.


Langkah-langkah     operasional     dalam     proses     pembelajaran     yang dikonsepkan   oleh   Kementrian   Pendidikan   dan   Kebudayaan   adalah   sebagai
berikut:




a.    Konsep Dasar (Basic Concept)

Fasilitator memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang  diperlukan  dalam  pembelajaran  tersebut.  Hal  ini  dimaksudkan  agar peserta   didik   lebih   cepat   masuk   dalam   atmosfer   pembelajaran   dan mendapatkan peta yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran.
b.    Pendefinisian Masalah (Defining The Problem)

Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan scenario atau permasalahan dan peserta didik melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota kelompok  mengungkapkan  pendapat,  ide, dan tanggapan  terhadap  scenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternative pendapat.
c.    Pembelajaran Mandiri (Self Learning)

Peserta  didik  mencari  berbagai  sumber  yang  dapat  memperjelas  isu  yang sedang  dinvestigasi.  Sumber  yang  dimaksud  dapat  dalam  bentuk  artikel tetulis yang tersimpan dipepustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan.
Tahap  investigasi  memiliki  dua  tujuan  utama,yaitu:  (1) agar  peserta  didik mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan dikelas, dan (2) informasi dikumpulkan dengan  satu  tujuan  yaitu  dipresentasikan  di  kelas  dan  informasi  tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.
d.    Pertukaran Pengetahuan (Exchange Knowledge)

Setelah  mendapatkan  sumber  untuk  keperluan  pendalaman  materi  dalam langkah   pembelajaran   mandiri,   selanjutnya   pada   pertemuan   berikutnya





peserta  didik  berdiskusi  dalam  kelompoknya  untuk  mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.
e.    Penilaian (Assessment)

Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan  yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran  yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR,
dokumen, dan laporan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas langkah-langkah pembelajaran (sintaks pembelajaran) yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.    Penyajian  Masalah.  Pertama-tama  Peserta  didik  disajikan  suatu  masalah.Selain itu dalam kegiatan ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi Peserta didik terlibat pada aktivitas pemecahan masalah. Hal ini dimaksudkan  agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan peta yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran.
b.   Diskusi Masalah. Peserta didik mendiskusikan  masalah dalam tutorial PBL dalam  sebuah  kelompok  kecil.  Mereka  mengklarifikasi  fakta-fakta  suatu kasus kemudian mendefinisikan sebuah masalah. Mereka membrainstorming gagasan-gagasannya  dengan  berpijak  pada  pengetahuan  sebelumnya. Kemudian,   mereka   mengidentifikasi   apa   yang   mereka   butuhkan   untuk
menyelesaikan   masalah   serta   apa   yang   mereka   tidak   ketahui.   Mereka menelaah masalah tersebut. Mereka juga mendesain suatu rencana tindakan untuk menggarap masalah. Guru dalam hal ini hanya memfasilitasi kegiatan tersebut, sehingga berjalan dengan lancar.
c.    Penyajian Solusi dari Masalah. Membantu peserta didik dalam merencanakandan menyiapkan penyajian solusi dari masalah, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
d.    Mereview. Peserta didik bersama-sama dengan guru melakukan mereview terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.
B.     Pengertian Pemahaman Siswa

Menurut  kamus  bahasa  indonesia,  pemahaman  berasal  dari  kata  paham  yang  artinya mengerti benar dalam suatu hal. Sagala (2012: 157) mengemukakan bahwa pemahaman (comprehension) mengacu pada kemampuan untuk mengerti dan memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat dan memaknai arti dari bahan maupun materi yang dipelajari. Pada umumnya unsur pemahaman ini menyangkut kemampuan menangkap makna suatu konsep dengan kata-kata sendiri. Menurut Driver (dalam Hasanah, 2004: 20) pemahaman adalah kemampuan untuk menjelaskan suatu situasi atau suatu tindakan.

1.      Hakikat Pemahaman Siswa

Sagala (2012: 157) mengemukakan bahwa pemahaman dapat dibedakan menjadi tiga kategori   yakni   penerjemahan   (translation)   misalnya   dari   lambang   ke   arti,   penafsiran (interpretation), dan ekstrapolasi (extrapolation) yaitu menyimpulkan dari sesuatu yang telah diketahui. Pemahaman translasi adalah kemampuan untuk memahami suatu ide dengan cara lain dari pada pernyataan asli yang dikenal sebelumnya. Pemahaman interpretasi adalah kemampuan untuk memahami atau mampu mengartikan suatu ide yang diubah atau disusun dalam bentuk lain seperti kesamaan, grafik, tabel, diagram, dan sebagainya. Pemahaman ekstrapolasi adalah keterampilan untuk meramalkan kelanjutan dari kecenderungan yang ada menurut data tertentu.
Berdasarkan  pengertian  tersebut,  maka  peneliti  mengambil  kesimpulan  bahwa  yang
ya  u
 dimaksud dengan pemahaman siswa    kemampuan siswa dalam mengerti secara menyeluruh
maksud  dan  unsur-unsur  yang  terkait  dengan  materi  penggolongan  hewan  berdasarkan  jenis makanannya.
2.    Faktor-faktor  yang  Mempengaruhi  Pemahaman  Siswa  Pada  Materi  Penggolongan

Para ahli pendidikan terutama yang concern terhadap psikologi pendidikan dan psikologi
pembelajaran turut terlibat memikirkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran terutama faktor yang mempengaruhi pemahaman dan belajar siswa. Dengan pandangan yang lebih konseptual  dikemukakakan beberapa  faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran siswa. Secara garis besar, dapat dibagi faktor-faktor tersebut sebagai berikut
a.    Faktor  raw  input  (faktor  siswa  itu  sendiri)  dimana  tiap  siswa  memiliki  kondisi  yang berbeda-beda dalam :
1)   Kondisi fisiologis.

2)   Kondisi psikologis.


b.     Faktor  enviromental  input  (faktor  lingkungan),  baik  lingkungan  alami  ataupun  lingkungan sosial.
c. Faktor instrumental input, antara lain terdiri darii :
1)   Kurikulum.

2)   Program / bahan pengajaran.

3)   Sarana dan fasilitas.

4)   Guru (tenaga pengajar).

Selanjutnya akan diuraikan secara singkat faktor-faktor tersebut yang meliputi faktor dari luar dan faktor dari dalam.
1)  Faktor enviromental input (faktor lingkungan)

Kondisi lingkungan yang mempengaruhi proses dan hasil belajar meliputi lingkungan alami dan lingkungan sosial. Lingkungan alami dapat berupa keadaan suhu, kelembaban udara, dan sebagainya. Belajar dalam keadaan udara yang segar akan lebih baik hasilnya dari pada belajar pada keadaan udara panas. Lingkungan sosial, dapat berwujud manusia maupun representasi (wakil) manusia seperti potret, rekaman, dan sebagainya.
2)  Faktor instrumental

Faktor-faktor instrumental adalah faktor-faktor yang pengadaan dan penggunaannya dirancangkan sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor instrumental ini dapat  berwujud  faktor-faktor  keras  (hardware),  seperti  gedung,  perlengkapan  belajar, alat-alat praktikum, perpustakaan dan sebagainya. Maupun faktor-faktor lunak (software), seperti kurikulum, bahan yang harus dipelajari, pedoman-pedoman belajar, dan sebagainya.
b.    Faktor dari dalam

Faktor dari dalam adalah kondisi individu atau siswa yang belajar, terdiri dari kondisi fisiologis dan psikologis siswa.
1)  Kondisi fisiologis siswa

Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar siswa. Mengenai fisiologis ialah bagaimana kondisi fisiknya dan panca inderanya. Secara umum kondisi fisiologis  seperti  kesehatan  yang  prima,  tidak  dalam  keadaan  capai  atau  cacat jasmani, akan sangat membantu dalam proses dan hasil belajar.
2)   Kondisi psikologis siswa
a)  Minat
Minat sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Jika seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu, maka tidak diharapkan dia akan berhasil dalam mempelajari hal tersebut, sebaliknya jika seseorang belajar dengan penuh minat maka hasil yang diharapkan akan lebih baik. Oleh karena itu, para pendidik hendaknya memperhatikan begaimana mengusahakan agar hal yang disajikan sebagai pengalaman belajar dapat menarik  minat para  pelajar,  atau  bagaimana  caranya  menentukan  agar  para pelajar belajar mengenai hal-hal yang menarik minat mereka.


b)  Kecerdasan

Kecerdasan besar peranannya dalam berhasil dan tidaknya seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti sesuatu program pendidikan. Hasil pengukuran kecerdasan biasa
       dinyatakan dengan angka yang menunjukkan“ perbandingan kecerdasan” yang terkenal dengan IQ (Intelligence Quotient). Dengan memahami taraf IQ setiap siswa, maka seorang guru akan dapat memperkirakan tindakan yang harus diberikan kepada siswa didiknya secara tepat.
c)  Bakat

Bakat merupakan  faktor  yang  besar  pengaruhnya terhadap  proses dan  hasil belajar seseorang. Belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat akan memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu. Siswa yang memiliki bakat yang tinggi, disebut siswa berbakat. Secara definitif, siswa berbakat adalah mereka yang oleh orang-orang yang berkualifikasi profesional diidentifikasikan sebagai siswa yang mampu mencapai prestasi yang tinggi, karena mempunyai kemampuan yang tinggi.
d)  Motivasi

Hanafiah (2012: 26) mengemukakan bahwa motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Penemuan penemuan penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika motivasi untuk belajar

bertambah. Maka, meningkatkan motivasi belajar siswa didik penting untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
e)  Kemampuan kognitif
Kemampuan – kemampuan kognitif merupakan faktor-faktor yang penting dalam kegiatan belajar para siswa atau siswa didik. Hal ini terjadi karena dalam menentukan keberhasilan belajar siswa di sekolah masih lebih mengutamakan aspek kognitif, sedangkan aspek afektif dan aspek psikomotor yang merupakan aspek lain dari tujuan pendidikan lebih bersikap pelengkap. Kemampuan-kemampuan kognitif itu terutama adalah persepsi, ingatan, dan berfikir.
C. Hakikat Keterampilan

Suatu pembelajaran gerak sangat erat kaitannya dengan istilah terampil.Seseorang dikatakan terampil jika ia mampu menguasai suatu gerak yang telah dilatihkan dengan baik. Menurut Amung Mamun dan Yudha   (2000:   57),   Keterampilan   adalah   derajat   keberhasilan   yang konsisten  dalam  mencapai  suatu  tujuan  dengan  efektif  dan  efisien. Semakin tinggi kemampuan seseorang mencapai tujuan yang diharapkan, maka semakin terampil orang tersebut.
Menurut Schmidt dalam Amung Ma’mun dan  Yudha (2000: 61), keterampilan merupakan kemampuan untuk membuat hasil akhir dengan kepastian yang maksimum, tetapi dengan pengeluaran energi dan waktu yang minimum. Sedangkan menurut Singer yang dikutip dalam Amung Mamun dan Yudha (2000: 61), keterampilan adalah derajat keberhasilan yang konsisten dalam mencapai suatu tujuan dengan efisiensi dan efektif.
Menurut Sage dalam Muhammad Muhsin (2008), keterampilan juga dapat  dipahami  sebagai  indikator  dari  tingkat  kemahiran.  Penguasaan suatu keterampilan motorik merupakan sebuah proses di mana seseorang mengembangkan seperangkat respon ke dalam suatu pola gerak yang terkoordinasi, terorganisir, dan terintegrasi. Sebagai indikator dari kemahiran, maka keterampilan diartikan sebagai kompetensi yang diperagakan  oleh  seseorang  dalam  melaksankan  tugas  yang  berkaitan

dengan  pencapai  suatu  tujuan.  Semakin  tinggi  kemampuan  seseorang mencapai tujuan yang diharapkan, maka semakin terampil orang tersebut.
Menurut Mamun dan Yudha (2000: 58), untuk memperoleh tingkat keterampilan diperlukan pengetahuan yang mendasar tentang bagaimana keterampilan tertentu dihasilkan atau diperoleh serta faktor-faktor apa saja yang berperan dalam mendorong penguasaan keterampilan. Pada intinya bahwa suatu keterampilan itu baru dapat dikuasai apabila dipelajari atau dilatihkan dengan persyaratan tertentu, satu diantaranya adalah kegiatan pembelajaran  atau  latihan  keterampilan tersebut  dilakukan  secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu yang memadai.

koordinasi neuromuskuler yang memerlukan ketepatan derajat tinggi untuk berhasilnya keterampilan ini.
Pencapaian suatu keterampilan dipengaruhi oleh banyak faktor yang secara umum dibedakan menjadi tiga hal yang utama, yaitu (1) faktor proses belajar mengajar, (2) faktor pribadi, dan (3) faktor situasional (Amung Ma’mun dan Yudha, 2000: 70).
Amumg Mamun dan Yudha (2000: 83) mengemukakan bahwa ada tiga hal yang dapat diidentifikasi dalam tahap belajar keterampilan gerak, yaitu (1) tahapan verbal-kognitif, (2) tahapan motorik, dan (3) tahapan otomatisasi. Ketiga tahap belajar di atas diuraikan sebagai berikut:
1)  Tahapan Verbal-Kognitif

Pada tahapan ini, tugasnya adalah memberikan pemahaman secara lengkap mengenai bentuk gerakan baru kepada peserta didik. Instruksi, demonstrasi, film clips, dan informasi verbal lainnya secara khusus memberikan manfaat dalam tahapan ini. Tujuan pembelajarannya adalah agar peserta didik dapat mentransfer informasi yang sudah dipelajari sebelumnya kepada bentuk keterampilan yang dihadapinya sekarang.
2)  Tahapan Motorik

Pertama kali yang harus dikuasai oleh peserta didik pada tahapan ini adalah kontrol dan konsistensi sikap berdiri, rasa percaya diri. Peserta didik mulai membangun sebuah program motorik untuk



latihan ke latihan  yang  lain  dilihatnya sebagai  upaya peserta didik untuk mencari solusi baru mengenai gerakannya. Konsistensi secara berangsur-angsur   meningkat   dan   gerakannya   mulai   stabil   dan antisipasi meningkat. Tahapan motorik secara umum agak lebih lama daripada tahapan verbal-kognitif, barangkali perlu waktu beberapa minggu atau bulan untuk menguasai keterampilan olahraga dan bahkan cenderung lebih lama apabila peserta didik tersebut mempunyai kesulitan.
3)  Tahapan Otomatisasi.

Pada tahapan ini program motorik sudah berkembang dengan baik dan dapat mengontrol gerak dalam waktu singkat. Peserta didik sudah menjadi terampil dan setiap gerakan yang dilakukan lebih efektif dan efisien. Bahkan untuk suatu keterampilan olahraga tertentu nampak dilakukan dengan gerakan rileks tapi mantap.
Sedangkan menurut Sudrajat Prawirasaputra (2000: 19-22), penguasaan keterampilan pada setiap cabang olahraga berlandaskan pada penguasaan keterampilan dasar. Keterampilan dasar tersebut secara umum terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu (1) keterampilan lokomotor, (2) keterampilan non lokomotor, dan (3) keterampilan manipulatif. Dari ketiga keterampilan dasar tersebut diuraikan sebagai berikut:
1)  Keterampilan Lokomotor

Adalah keterampilan untuk menggerakkan anggota badan dalam keadaan titik berat badan berpindah sari satu tempat ke tempat lain.



Bentuk keterampilan dasar dominan dalam sepaktakraw adalah berpindah tempat berupa gerakan melangkah, lari beberapa langkah, meompat dengan dua kaki, dan melompat dengan satu kaki. Keterampilan ini harus didukung oleh kekuatan dan kecepatan serta power seperti untuk gerakan melompat.
2)  Keterampilan non Lokomotor

Adalah keterampilan yang dilakukan dengan menggerakkan anggota badan yang melibatkan sendi dan otot dalam keadaan badan si pelaku menetap, statis, kaki tetap menumpu pada bidang tumpu atau tetap berpegang pada pegangan. Keterampilan ini didukung oleh keseimbangan untuk mempertahankan posisi tubuh dan kekuatan otot tungkai yang dipakai sebagai penumpu.
3)  Keterampilan Manipulatif

Adalah keterampilan menggunakan anggota badan, tangan atau kaki untuk mengontrol bola. Keterampilan manipulatif dominan dalam sepaktakraw yaitu menyepak bola dengan kaki.
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan diartikan sebagai kemampuan atau kompetensi yang diperagakan oleh seseorang dalam melaksanakan suatu tugas yang berkaitan dengan pencapaian suatu tujuan  yang didapat melalui proses belajar.  Di mana dalam melaksanakan sebuah pelatihan atau pembelajaran harus dilaksanakan secara terus menerus dan  berpedoman pada prosedur latihan

D. RANGKAIAN LOGIKA
Menurut Ritz (1992:6), logika adalah ilmu yang berkaitan dengan hukum-hukum dan patokan yang dikenakan pada peragaan kesimpulan dengan menerapkan azas-azas penalaran. Catatan pengkajian pertama yang terekam tentang logika resmi telah dibuat oleh Aristoteles, seorang filsof Yunani (384 - 322 SM). Aristoteles merumuskan  konsep  tentang ’logika  keterangan’ (propositnal  logic)  teori  hal susunanpikir (silogisme). Ia melihat bahwa kaitan logika dapat dinyatakan sebagai kalimat-kalimat menerangkan. Kemajuan besar dalam bidang ilmu logika dibuat oleh ahli matematika Inggris George Simon Boole (1815 - 1864) yang telah menerbitkan risalahnya berjudul ”A Mathematical Analysis of Logic” (Analisis Matematika tentang Logika). Boole telah mempelajari karya Aristoteles dan menyusun peringkat lambanglambang matematika guna menggantikan pernyataan-pernyataan Aristoteles, namun ia pun menemukan bahwa sistem aljabarnya akan dapat dikenakan pada penalaran logika perihal kaitan antara keterangan-keterangan. Untuk mengaitkan teori logika dengan rangkaian logika memerlukan waktu yang cukup lama, sampai Claude B. Shannon menjelaskan dalam artikelnya ”A Symbolic Analysis of Relay and Switching Circuits(1938)  bagaimana  aljabar  Boole  dapat  dipakai  untuk  menjelaskan  cara  kerja kelengkapan sambungan telepon. Berdasarkan  pengamatan  terhadap  aplikasi  elektronika  di  industri-industri menunjukkan bahwa konversi ke teknik digital sering dijumpai. Alasannya antara lain: informasi yang dikodekan secara digital akan mengurangi ketidakpastian dan besarnya keingingan  untuk  menggunakan  komputer  digital  dalam  proses  industri.  Alasan menggunakan komputer digital dalam proses industri


BAB III.
METODOLOGI PENELITIAN



A.  Lokasi Penelitian
       Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Sangatta Utara  berlokasi di Jalan g Majay Kec. Sangatta Utara Kabupaten Kutai Timur  berdampingan dengan SMP Negeri 5 Sangatta Utara dan SDN Negeri 009 Sangatta Utara.
B.  Waktu Penelitian
       Penelitian ini dilaksanakan selama tiga  bulan yaitu pada bulan September  sampai dengan Nopember  2015
C.  Subyek Penelitian
       Penelitian ini   mengarah kepada peserta didik kelas X TKJ .
Pengambilan subyek penelitian ini dipilih berdasarkan observasi awal yang
telah dilakukan oleh peneliti
D.  Jenis Penelitian
       Penelitian  ini  merupakan  penelitian  tindakan  kelas  (PTK)  atau Classroom Action Research (CAR). PTK dilaksanakan dengan pengkajian berulang. Menurut Sukardi (2010:213) terdapat empat langkah penting dalam . PTK yang meliputi perencanaan (planning), Tindakan (action), pengamatan (observation) dan terakhir adalah refleksi (reflection). Karena dengan model ini  apabila  ditemukan  adanya  kekurangan,  maka  perencanaan  dan pelaksanaan  tindakan  perbaikan  masih  dapat  dilanjutkan  pada  siklus berikutnya sampai target yang diinginkan tercapai.


















Gambar 4. Model PTK Kemmis dan Mc.Taggart
(Suharsimi Arikunto, 2010 : 132)


Keterangan gambar:
1. Rencana (plan),  merupakan tahap  awal  yang  harus  dilakukan  guru sebelum melakukan sesuatu tentang apa, mengapa, dimana, oleh siapa, dan bagaimana penelitian tersebut dilakukan.
2.  Tindakan dan pengamatan (action and observation), merupakan tahapan
dimana  guru  menerapkan apa  yang telah direncanakan sebelumnya,


     kemudian  melakukan  pengamatan  terhadap  pelaksanaan  penelitian
tersebut.
3.  Refleksi (reflection) adalah penafsiran (penginterpretasian), menjelaskan
dan menyimpulkan hasil yang diperoleh dari penelitian. Sehingga hasil
dari refleksi dapat digunakan sebagai revisi terhadap perencanaan yang
telah dilaksanakan dan dipergunakan untuk memperbaiki kinerja guru
pada pertemuan selanjutnya.
E. Kondisi Awal Subyek yang Diteliti
     Siswa kelas X TKJ berjumlah 33 siswa alasan untuk memilih kelas X TKJ karena Komptensi Sistem Komputer merupakan mata pelajaran dasar kealian bukan mata pelajaran lanjutan. Sebelum  penelitian dilaksanakan kelas X  TKJ , Guru peneliti telah mengajar di kelas tersebut selama 3 kali pertemuan . sehingga hasil mengajar selama itu  digunakan oleh guru peneliti untuk mengukur tingkat kemampuan pengetahuan dan ketrampilan siswa dan selanjutnya hasil pengukuran tersebut digunakan untuk mempersiapkan bahan  untuk penelitian PTK yang dilakukan
F. Teknik Pengumpulan Data
     Penelitian ini menggunakan 2 Siklus dan setiap siklus terdiri dari 3 pertemuan pengambilan nilai hasil belajar tidak mengikuti setiap tahapan  pertemuan. Untuk pertemuan I pada setiap siklus guru memberikan penguatan konsep dengan materi dan soal-soal latihan. Pada pertemuan II dilakukan penilaian pengetahuan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa. Pada pertemuan III penilaian ketrampilan dengan melihat hasil unjuk kerja siswa.
G. Analisis Data
            Setelah melihat hasil peniliaian siswa, maka guru melakukan evaluasi hasil belajar dengan melihat semua tahapn penelitian PTK dimulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan reflesi. Hasil analisis ini dilakukan setiap siklus (Siklus I dan Siklus II), Hasil analisis bertujuan untuk mengetahui prosedur pembelajaran  yang telah dilakukan sudah berhasil atau belum


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A.       Hasil Penelitian Kegiatan Pembelajaran
Setelah peneliti melakukan prosedur  penelitian tindakan kelas (PTK) yang dimulai dari mempersiapkan proposal yang disetujui oleh pimpinan sekolah menyiapkan lembar instrumen, menyiapkan kelas yang digunakan untuk PTK , lalu membaca dan memahami kerangka teoitis dan metode penelitian yang dilaksanakan, maka peneliti melaporkan hasil PTK. Peneliti juga telah melakukan teknik pengumpulan data, kemudian menganalisis data secara bersama observer, menafsirkan data, mencoba menarik kesimpulan, menentukan tindakan perbaikan sesuai dengan hasil penelitian dan mentukan tindakan selanjutnya pada setiap siklus,
1.        Pelaksanaan siklus 1
Pada siklus I dilaksanakan sebanyak 3 pertemuan dengan kompetensi dasar “Relasi Logika Fungsi Gerbang Dasar (And, Or, Not, Nand, Exor). Untuk menjelaskan hasil penelitian, peneliti menguraikan sebagai berikut :

Perencanaan
Tindakan
Guru menyiapkan design pembelajaran dengan membuat RPP  berkaitan kompetensi dasar yang dicapai oleh siswa  yakni relasi logika fungsi gerbang dasar (AND, OR, NOT, NAND, EXOR) dengan jumlah jam pertemuan 3 jm ( 2x 45 menit  ) materi disusun sesuai dengan pendekatan scientifik,  
Guru melaksanakan pedoman pengajaran sesuai RPP yang telah dibuat dan semaksimal mungking melakukan proses pengajaran dengan pendekatan scientifik mendorong siswa untuk mengamati, bertanya, mencari sumber informasi lain, menghubungkan informasi yang diperoleh dengan materi yang diajarkan dan mengkomunikasikan atau mendiskusikan dengan teman sejawatnya.




Perencanaan
Tindakan
Pertemuan I guru menyiapkan materi dan konsep penguatan konsep Dasar  relasi logika fungsi gerbang dasar (AND, OR, NOT, NAND, EXOR). Materi meliputi tentang teori dasar,  tabel kebenaran dan sifat-sifat setiap gerbang dasar. Konsepnya  diambil dari kejadian atau peristiwa kehidupan sehari-hari yang dekat dengan kehidupan siswa.
Siswa mengikuti kegiatan belajar dengan  guru mengajarkan  materi yang dimulai sebuah permasalahan, kemudian memberikan teori dasar dan dikuatkan dengan soal-soal latihan terutama cara mengisi tabel kebenaran setiap gerbang dasar
Pertemuan II materi dikembangkan tetap dengan acuan PBL dengan  sebuah masalah yaitu bagaimana membuat rangkain kombinasi dari beberapa gerbang logika yang lainnya, untuk itu guru menyiapkan jobsheet untuk dikerjakan secara berkelompok dan merencanakan instrumen test mengukur pemahaman siswa jika rangkaian logika terdiri dari beberapa gerbang dasar (AND, OR, NOT, NAND, EXOR)                                                             
Guru mereviw pelajaran sebelumnya , selanjutnya mempersilahkan 1 siswa setiap kelompok untuk mengerjakan soal latihan, Siswa terlibat aktif dalam diskusi kelompok dan membagi kerjaan dengan teman sekelompok, ada yang bertugas mencatat hasil diskusi, yang lainnya mencari informasi dari referensi lain selain materi ajar adapula yang berrtugas mencari informasi dari guru dan teman sejawatnya yang berlainan kelompok Kemudian guru memberikan soal menantang karena karena rangkain logikanya gabungan dari beberapa gerbang dasar.
Pertemuan III materi dikembangkan dengan permasalahna baru yaitu menguji kemampuan siswa mengembangkan konsep pembelajaran yang sudah dipahaminya dengan mencoba membuat rangkaian logika hasil rancangan sendiri, guru menyiapkan jobsheet , materi ajar dan Instrumen test unjuk kerja siswa
Guru menuntun siswa untuk mencoba penyelesaikan test unjuk kerja dan mencatat ha-hal yang merupakan kendala utama siswa menyelesaikan test unjuk kerja
Untuk setiap pertemuan Guru menyiapkan  media pembelajaran dengan materi dipresentasikan di hadapan siswa dengan menggunakan aplikasi ppowerpoint . Materi presentasi disusun sesuai dengan karateristik PBL yakni menjadikan permasalahan sebagai starting point dan berasal dari dunia nyata yang menantang dan mudah dikenali oleh peserta didik
Siswa menyaksikan presentasi dan siswa terdorong untuk bertanya tentang materi yang ditayangkan karena menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan peristiwa atau kejadian yang dialaminya sehari-hari
Guru menrencanakan untuk mencatat hal-hal yang terjadi saat kegiatan berlangsung berdasarkan urutan kegiatan
Mencatat perkembangan pembelajaran dengan melihat peristiwa-peristiwa yang menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat











Pengamatan
Reflesi
Di Siklus I khususnya pertemuan I dan II , Guru mencoba mengetahui pemahaman siswa dengan melakukan tanya jawab secara lisan dan tes tertulis di kelas diperoleh bahwa ada sebagian siswa sudah dapat memahami prinsif kerja masing-masing gerbang dasar  dan cara mengisi tabel kebenaran dari masing-masing gerbang logika dasar (AND, OR, NOT, NAND, EXOR ) untuk sebagian siswa lainnya belum dapat memahami dengan baik, ada beberapa siswa saat materi diberikan sudah dimergerti, tetapi di akhir pelajaran siswa tersebut lupa lagi konsep dasarnya. Berdasarkan hasil tes Pengetahuan diperoleh ada 13 siswa belum memenuhi kreteria ketuntasan,
Dari siklus I   diketahui pemahaman siswa belum semuanya  siswa memahami secara mendalam konsep dasar tentang  gerbang logika dasar (AND, OR, NOT, NAND, EXOR ) dan cara mengisi tabel kebenarannya, guru merasa perlu untuk meningkatkan pemahaman siswa dengan banyak memberikan soal-soal latihan dan memotivasi siswa jika untuk banyak bertanya kepada guru atau teman sejawatnya jika belum memahami betul materi yang diajarkan guru
Pada pertemuan ke III Untuk Hasil unjuk kerja terjadi peningkatan nilai jika dibandingkan dengan hasil tes pengetahuan (pertemuan II)  walaupun belum signifikan artinya masih ada siswa yang belum mampu memperbaiki ketidaktuntasannya pada tes terdahulu bahkan ada 2 siswa yang pada tes pengetahuannya tuntas tetapi di tes unjuk kerja rendah alasan siswa karena ada kesibukkan dengan kegiatan lomba di sekolah
Hasil unjuk kerja pada siklus I pada pertemuan III menunjukan masih ada 8 siswa yang belum tuntas, guru perlu meningkatkan kemampuan siswa pada siklus 2 dengan mencoba menggunakan aplikasi bantuan “Atanua” sebuah apalikasi simulasi penggunaan gerbang dasar logika


Tabel : DAFTAR NILAI PENGETAHUAN DAN KETRAMPILAN SIKLUS I KELAS X TKJ

No
Nama Siswa
Nilai Pengetahuan
Nilai Ketrampilan


1
ADE KURNIAWAN
2,99
3,05

2
ADIB AMANULLAH
2,34
2,13

3
ADITYA SETIAWAN
2,65
2,72

4
ANDI ILHAM FHATOTORI AKBAR M
3,14
3,11

5
AYU AZHARI
2,24
2,19

6
DILA PUTRI ANDRIYANI
2,83
2,78

7
ERNESTINE ZEFANYA
2,99
3,05

8
FARHAN DHANDY SETYAWAN
2,08
2,74

9
FITRI WULANDARI
2,83
2,46

10
GRACE TODING DATU
3,16
2,99

11
JORDY KURNIA PRANATA
2,08
1,86

12
MARDIANTO
2,82
2,92

13
MILA LESTARI
1,75
2,20

14
MOHAMAD CHAIRUL REZA
3,48
3,38

15
MUHAMMAD FIRHANSYAH
2,40
2,78

16
MUHAMMAD IDRIS
2,82
2,59

17
MUHAMMAD IHZA SETIYAWAN
2,66
2,73

18
MUHAMMAD NUR KASMIR
2,83
2,86

19
MUHAMMAD RIVAI
2,82
2,85

20
MUHAMMAD RIZKI TABARA
2,34
2,81

21
MUHAMMAD SUKRI
2,50
2,87

22
NUR ASIAH
3,48
3,38

23
NUR REZA PRESILIA
2,83
2,73

24
NURUL ANNISA SAFRIYANI A.
2,99
2,85

25
ORNANDO SETIA DEWAJI
1,92
2,13

26
RANGGA AGUNG WICAKSANA P.
2,66
2,85

27
RATNA DEVI YANTI
2,84
2,73

28
RIDHO FHARIAL FASHA
2,49
2,59

29
RIFANSYAH LUKMAN
3,16
2,79

30
RIKY ADI SAPUTRA
3,65
3,58

31
TAUFIK HIDAYAT
3,32
3,58

32
WAHYU ANGGARA
3,83
3,86

33
NUR FITRIA RAMADHANI
3,65
3,72

Jumlah siswa  di atas Nilai KKM (< 2,67)
20 siswa
25 siswa

Jumlah siswa  di bawah Nilai KKM (> 2,67)
13 siswa
8 siswa




 





2.        Pelaksanaan siklus II
Pada siklus II dilaksanakan sebanyak 3 pertemuan dengan kompetensi dasar “Aritmatik Logic”


Perencanaan
Tindakan

Guru menyiapkan design pembelajaran dengan membuat RPP  berkaitan kompetensi dasar Aritmatik Logic dengan jumlah jam pertemuan 3 jm ( 2x 45 menit  ) materi disusun melihat kekurangan pada siklus I bahwa perlu penekanan untuk menguatkan pemahaman dasar siswa materi disusun lebih jelas dan sangat mudah dipahami siswa dan tetap mengacu pada pendekatan scientifik,

Guru melaksanakan pada  pengajaran sesuai RPP lebih mendampingin siswa memecahkan  kesulitan siswa menyerap materi , membantu siswa melihat hubungan materi pada pertemuan sebelumnya. guru melibatkan aktif siswa dengan kegiatan diskusi dalam kelompok dan banyak mengerjakn soal-soal latihan 

Pertemuan I guru menyiapkan materi dan konsep penguatan konsep Aritmatik Logic. Materi meliputi tentang bagaimana mengembangankan rangkaian logika dasar dengan membangun rangkaian penjumlah (adder) dan Rangkaian Pengurang (Subtractor).  
Jika pada pembelajaran sebelumnya siswa membuat rancangan rangkaian logika Dasar, pada pertemuan I ini guru mencoba mengarahkan  siswa untuk melihat hubungan antara rangkaian logika dengan rangkaian aritmetik dengan harapan siswa dapat melihat bahwa rangkaian logika dasar yang dipahami sebelumnya dapat dikembangkan menjadi rangkain penjumlah  
materi pada pertemuan II  tingkat kesulitan siswa semaking kompleks untuk memudahkan pemahaman siswa, dibantu dengan aplikasi simulasi “Atanua” kemudian guru menyiapkan file tutorial penggunaan aplikasi tersebut mengingat panduan untuk aplikasi tersebut masih kurang referensinya sampai saat ini peneliti belum menemukan termasuk di media online, untuk itu guru menyiapkan jobsheet untuk dikerjakan secara berkelompok , Karena Pertemuan II guru merencanakan instrumen test mengukur pemahaman siswa





                               
Guru mereviw pelajaran sebelumnya , selanjutnya guru mempresentasikan salah satu rangkaian penjumlah sederhana  siswa membuat contoh rangkaian penjumlah sederhana Halt Adder di aplikasi “Atanua” kemudian  guru memberikan rangkaian penjumlah dengan tingkat kesulitannya berbeda dengan rangkain penjumlah sederhana(halt Adder) dengan rangkaian penjumlah Full Adder

Pertemuan III materi dikembangkan lagi  dengan materi yang lebih menantang kemampuan siswa dengan rangkaian pengurang (Subtractor) guru menyiapkan jobsheet , materi ajar dan Instrumen test unjuk kerja siswa
Guru menuntun siswa untuk mencoba penyelesaikan test unjuk kerja dan mencatat ha-hal yang merupakan kendala utama siswa menyelesaikan test unjuk kerja

Untuk setiap pertemuan Guru menyiapkan  media pembelajaran dengan materi dipresentasikan di hadapan siswa dengan menggunakan aplikasi ppowerpoint . Materi presentasi disusun sesuai dengan karateristik PBL yakni menjadikan permasalahan sebagai starting point dan berasal dari dunia nyata yang menantang dan mudah dikenali oleh peserta didik. Menyediakan master program Aplikasi “Atanua” Aplikasi bantuan untuk simulasi membuat rangkaian Digital
Siswa menyaksikan presentasi dan siswa terdorong untuk bertanya tentang materi yang ditayangkan karena menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan peristiwa atau kejadian yang dialaminya sehari-hari. Siswa menyimak video tutorial aplikasi bantuan “Atanua” dan membuat rangkaian logika penjumlah dan pengurang pada aplikasi tersebut

Guru menrencanakan untuk mencatat hal-hal yang terjadi saat kegiatan berlangsung berdasarkan urutan kegiatan
Mencatat perkembangan pembelajaran dengan melihat peristiwa-peristiwa yang menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat













Pengamatan
Reflesi
Di Siklus II khususnya pertemuan I dan II , meskipun kompetensi yang diajarkan berbeda dengan pada siklus I sebagian siswa sudah dapat memahami materi rangkaian penjumlah dan pengurang terajadi peningkatan nilai dibandingkan dengan siklus 2 meskipun ada beberapa siswa masih mengalami kesulitan memahami cara kerja rangkaian logika aritmetik, ketidakmampuan siswa tersebut karena masih lemahnya penguasaan konsep dasar rangkaian Gerbang Dasar, meskipun guru telah memberikan banyak soal latihan dan dan uji coba menggunakan aplikasi bantuan (Atanua), kemampuan matematika dasar siswa sangat berpengaruh pada pelajaran ini
Dari Siklus II diketahui bahwa kemampuan dasar matematika sangat berpengaruh pada siswa untuk memahami secara utuh prinsif kerja rangkaian aritmetik karena adanya pengunaan konsep logika, kombinasi dan simbol. Penelitian ini hanya terlaksana selama 2 siklus, peneliti berasumsi untuk peningkatan hasil belajar siswa guru perlu mencari metode  cara mengajar pada siswa  yang kemampuan Matematikanya lemah
Pada pertemuan ke III Untuk Hasil unjuk kerja menunjukkaan peningkatan nilai dan tidak ada lagi siswa pada nilai pengetahuannya memenuhi kreteria ketuntasan di praktekum menurun seperti yang terjadi pada siklus I, beberapa siswa sudah mengalami peningkatan nilai ketrampilan jika dibandingkan pada siklus II tetapi secara umun nilai kenaikan siswa belum mencapai rata-rata nilai yang memuaskan (masih di bawah rata nilai 3) dan masih ada siswa yang belum memenuhi ketuntasan minimal
Peningkatan nilai ketrampilan memang terjadi jika  dibandingkan dengan hasil yang dicapai pada   Siklus II akan tetapi nilai yang diharapkan belum memuaskan guru, kemampuan ketrampilan siswa masih sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dasar dan motivasi kuat siswa untuk berlatih menyelesaikan contoh-contoh rangkain aritmetik, meskipun sudah terbantu dengan aplikasi, tidak menjadi jaminan siswa yang memiliki laptop dapat memahami dengan baik dan mampu membuat secara mandiri rangkain logika , sehingga kedepannya  untuk pengembangan penelitian ini Guru harus terus memotivasi siswa meningkatkan inisiatif belajar mandiri dan kemauan kuat melatih skil dengan banyak latihan di luar jam sekolah
























A.    Proses Analisa data dan Pembahasan
1          Analisis berdasarkan data perolehan nilai dari hasil pengetahuan dan ketrampilan  baik dari siklus 1 dan siklus 2 siswa kelas X TKJ yang berjumlah 33 orang.
2          Setiap siklusnya terdiri dari dari 3 pertemuan dengan teknik pengambilan nilai  untuk pengetahuan diambil pada pertemuan ke-2 dan  untuk mengukur ketrampilan diambil pada pertemuan ke-3
3          Pengetahuan diukur dari dari 3 hal yakni pemahaman konsep dasar(teori dasar), memahami simbol dan karateristinya serta kemampuan menjelaskan pengembangan rangkaian
4          Ketrampilan diukur dari kemampuan siswa mengisi tabel hasil output (tabel kebenaran), membuat rangkaian logika dasar dan aritmetik serta mendesain sendiri rangkaian logika dasar
5          Setelah pembelajaran diperoleh data hasil pengetahuan dan ketrampilan pada siklus I dan II, menunjukkan adanya perubahaan nilai jika dibandingkan dengan materi sebelumya sebelum PTK dilaksanakan








Tabel    :  Hasil tes Pengetahuan dan Ketrampilan siswa pada materi   sebelumnya Kompetensi Dasar Sistem Bilangan)
No
Nama Siswa
Nilai Pengetahuan
Nilai Ketrampilan


1
ADE KURNIAWAN
2,83
2,85

2
ADIB AMANULLAH
2,34
1,80

3
ADITYA SETIAWAN
2,50
2,46

4
ANDI ILHAM FHATOTORI AKBAR M
2,98
2,65

5
AYU AZHARI
2,66
2,19

6
DILA PUTRI ANDRIYANI
2,65
2,26

7
ERNESTINE ZEFANYA
2,82
2,66

8
FARHAN DHANDY SETYAWAN
2,33
2,20

9
FITRI WULANDARI
2,74
2,33

10
GRACE TODING DATU
2,74
2,79

11
JORDY KURNIA PRANATA
2,49
1,86

12
MARDIANTO
2,66
2,72

13
MILA LESTARI
2,17
1,80

14
MOHAMAD CHAIRUL REZA
2,98
3,12

15
MUHAMMAD FIRHANSYAH
2,49
2,52

16
MUHAMMAD IDRIS
2,66
2,66

17
MUHAMMAD IHZA SETIYAWAN
2,49
2,79

18
MUHAMMAD NUR KASMIR
2,74
2,73

19
MUHAMMAD RIVAI
2,58
2,59

20
MUHAMMAD RIZKI TABARA
2,50
2,40

21
MUHAMMAD SUKRI
2,59
2,67

22
NUR ASIAH
2,98
3,12

23
NUR REZA PRESILIA
2,66
2,59

24
NURUL ANNISA SAFRIYANI A.
2,82
2,59

25
ORNANDO SETIA DEWAJI
2,17
2,00

26
RANGGA AGUNG WICAKSANA P.
2,66
2,59

27
RATNA DEVI YANTI
2,42
2,80

28
RIDHO FHARIAL FASHA
2,66
2,79

29
RIFANSYAH LUKMAN
2,66
2,65

30
RIKY ADI SAPUTRA
3,15
3,26

31
TAUFIK HIDAYAT
2,99
2,99

32
WAHYU ANGGARA
3,58
3,26

33
NUR FITRIA RAMADHANI
3,40
3,12

Jumlah siswa  di atas Nilai KKM (< 2,67)
20 siswa
14 siswa

Jumlah siswa  di bawah Nilai KKM (> 2,67)
20 siswa
19 siswa

24r4444444e77777777777777754

6.         Pada pertemuan sebelumnya atau pra PTK pada kompetensi dasar “sistem bilangan”  siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM (2,67), untuk pengetahuan ada 20 siswa (60,61 %) dan Ketrampilan ada 19 siswa(57,58 %),
7.         Pra PTK dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa serta faktor-faktor apa yang mendukung untuk pelaksanaan PTK pada Kelas tersebut. Peneliti menemukan perlunya penguatan konsep dasar (teori Dasar), pengenalan simbol dan latihan menggembangkan konsep dengan latihan mengerjakan contoh-contoh rangkaian logika yang lebih bervariasi
8.         Hasilnya  Siklus I menunjukkan terjadi peningkatan nilai pengetahuan dan ketrampilan dengan  kompetensi dasar “Relasi Logik Gerbang Dasar (OR, AND, NOT , NAND, NOR dan EXOR) dimana siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM untuk pengetahuan turun menjadi 13 siswa (56,62 %) dan Ketrampilan turun menjadi  8 siswa(24,24 %) jika dibandingkan dengan hasil pertemuan sebelumnya.
9.         Reflesi dilakukan pada siklus I  sebagai upaya menemukan kekurangan dari metodelogi pembelajaran yang digunakan pada siklus I , hal utama dilakukan pada siklus 2 memberikan lebih banyak contoh soal latihan dan guru mendorong semangat siswa untuk berlatih di rumah dengan rangkaian logika yang lebih menantang, guru menyiapkan apllikasi bantu untuk mensimulasikan rangkain yang dibuat oleh siswa
10.     Pada siklus II kompetensi dasar “Aritmetik Logik:” terjadi peningkatan nilai  dapat terlihat dari siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM untuk pengetahuan turun menjadi 5 siswa (21,74 %) dan Ketrampilan turun menjadi  6 siswa(18,18 %)
11.     setelah melakukan PTK , Perubahan nilai pada hasil siklus I dan hasil  siklus II ,   untuk pengetahuan dari 13 siswa yang tidak lulus (di bawah KKM) turun menjadi 5 siswa besarnya perubahaan pembelajaran dari siklus I kemudian melakukan perbaikan pada siklus II adalah 34, 88 %, sedangkan Nilai Ketrampilan besarnya persentase perubahaan yang dilakukan peneliti pada siklus II adalah 6,06 %
12.  Dari analisa tersebut  penelitian PTK yang telah dilakukan oleh peneliti telah menunjukkan adanya peningkatan nilai di siklus I kemudian dilanjutkan pada siklus II, Peneliti mengangap  upaya yang dilakukan telah berhasil dengan baik   diawali perencanaan di siklus I , kemudian melakukan reflesi untuk   perbaikan pada siklus II.


12.  Adanya kenaikan nilai pengetahuan dan ketrampilan pada siklus I, karena peneliti memberikan








BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan

Berdasarkan  hasil  analisis  yang  dilakukan  dan  pembahasan  penelitian tindakan kelas ini, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut :
1. Dengan  penerapan  model  pembelajaran  berbasis  masalah  untuk Kompotensi Dasar Relasi Logik (gerbang Dasar OR, AND, NOT, NAND, NOR dan EXOR)dan Aritmetik Logik  kelas X TKJ SMK Negeri 1 Sangatta Utara dapat meningkatkan `kemampuan Pengetahuaannya dan ketrmpilan siswanya. Hal ini terbukti dari data  yang menunjukkan adanya peningkatan yaitu dari semula pada siklus I siswa yang memenuhi ketuntasan minimal (KKM) untuk pengetahuan 20 siswa (60,6 %)  dan ketrampilan 22 siswa (67 %). meningkat pada siklus II dengan data pengetahuan 28 siswa (84,85 %)  dan ketrampilan 25 siswa (76 %)
2.   Karakteristik Problem Based Learning adalah permasalahan menjadi starting point dalam belajar, perrmasalahan  menantang pengetahuan  yang dimilki oleh Peserta didik, sikap dan kompentensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam mengajar
3.  Pembuatan PTK membantu guru melakukan evaluasi mengajar di kelas, sebagai otokritik melihat kekurangan dan keterbatasan dalam mengajar  di kelas. Tahapan PTK yang dimulai dari Perencanaan dan diakhiri dengan reflesi dapat terukur bila semua terlaksana dengan sistimatis, terdokumentasi dan mempunyai analisis data.
5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat peneliti sampaikan adalah sebagai berikut :
1.   Hendaknya hasil penelitian ini dapat menjadikan instrospeksi bagi guru dalam melakukan pembelajaran di kelas, agar guru bisa mengadakan inovasi-inovasi baru dalam pembelajaran sehingga bisa ditemukan suatu model pembelajaran paling tepat yang dapat diterapkan pada proses pembelajaran khususnya pada pembelajaran Kewirausahaan.
2. Hendaknya guru meningkatkan penguasaan terhadap berbagai jenis model pembelajaran dengan mengikuti berbagai kegiatan seperti diklat atau seminar pendidikan sehingga dapat memilih dan menentukan model pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran.
3.   Hendaknya dalam kegiatan pembelajaran yang sifatnya berkelompok seperti pembelajaran berbasis masalah, guru diharapkan mampu mengendalikan kelas dan lebih meningkatkan pengawasan karena mengingat  kegiatan  pembelajaran  berkelompok  siswa  sangat  rentan  siswa untuk bergantung pada hasil pekerjaan temannya dan juga berpotensi untuk membuat kondisi kelas menjadi gaduh.


DAFTAR PUSTAKA




Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian - Suatu Pendekatan Praktik  (Edisi
Revisi 2010). Jakarta: PT Rineka Cipta.



Aditya  Fadly.  2012.  Peningkatan  Aktivitas  dan  Hasil  Belajar  Siswa  Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Studi pada Kelas X Bisnis dan Manajemen Mata Pelajaran Kewirausahaan di SMK Ardjuna 1Malang, dalam jurnal Pendidikan Ekonomi. Juli 2012. Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri 1 Malang.


Darmawan. 2010. Penggunaan Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran IPS di MI DARUSSAADAH Pandeglang, dalam jurnal Penelitian Pendidikan. Volume 11 Nomor 2 Oktober 2010. ISSN


          Djamarah,  Syaiful  Bahri  dan  Aswan  Zain.  1997.  Strategi  Belajar  Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta


Eggen, Paul dan Kauchak, Don. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan Konten Ketrampilan Berpikir. (Edisi Keenam). Jakarta: PT Indeks



Fathurrohman. 2007. “Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SD Dalam Pembelajaran PKN”, (online). Bandung: UPI.


Fisher, Alex. 2008. Berpikir kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga. Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan. (Cetakan ke-7). Bandung: Penerbit PT Citra Aditya Bakti.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar