PENELITIAN
TINDAKAN KELAS(PTK)
PENGGUNAAN
APLIKASI ATANUA LOGIC SIMULATOR PADA
METODE PEMBELAJARAN PROJECT BASE LEARNING
DAPAT MEMBANTU SISW A
MEMAHAMI FUNGSI GERBANG DASAR DI KELAS X TKJ “
Oleh
Mustari
SMK NEGERI 1 SANGATTA UTARA
TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Mata pelajaran Sistem Komputer untuk sebagian siswa kelas
X TKJ termasuk salah satu Mata Pelajaran Produktif TKJ yang sulit dimengerti dan dipahami oleh siswa karena di Mata Pelajaran tersebut terdapat
materi yang memuat sistem bilangan digital dan operasi Logika . Sistem Bilangan
digital ini memuat bilangan Biner, Oktal dan Heksadesimal sedangkan operasi
logic adalah pengembangan konsep dari sistem bilangan yang sudah dipahami
sebelumnya , untuk memahami sistem
bilangan ini siswa diharapkan memiliki kemampuan dasar matematika dan logika
berpikir. Kurang minatnya siswa akan pelajaran ini yang dapat berakibat
penurunan hasil belajar siswa. Konsekuensi
negatif
dari kondisi tersebut
dapat dilihat dengan kurangnya siswa untuk mengetahui, memahami
dan mengaplikasikan konsep
terutama pada komptensi dasar pengetahuan dan pemahaman tentang sistem bilangan
Digital dan Operasi Aritmetika Logic Model
pembelajaran yang diterapkan guru masih berorientasi teacher center, artinya guru memegang peranan
penuh dalam proses belajar mengajar
sementara siswa hanya menerima pelajaran secara
pasif. Sistem penyampaian materi pelajaran lebih banyak
didominasi oleh guru yang cenderung bersifat komunikasi satu arah.
Pada Struktur Kurikulum 2013 SMK/MAK berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2013, mata Pelajaran Sistem komputer masuk
pada kelompok pelajaran Peminatan(C) atau lebih khusus lagi pada kelompok mata
pelajaran Dasar Bidang Keahlian(C1) dengan alokasi waktu pertemuan 2 jam
perminggu. Sebagai Mata pelajaran Dasar Bidang Keahlian maka pelajaran tersebut
diajarkan di tingkat kelas X semua Paket Keahlian TKJ, Multimedia dan RPL.
Selain Kompetensi inti atau nilai Sikap yang harus dicapai siswa, Siswa juga
harus dapat meningkatkan pemahaman dan memiliki kompetensi dasar atau
ketrampilan dasar pada mata pelajaran bidang Keahlian sebagaimana yang
diharapkan pada kurikulum 2013, termasuk mata pelajaran sistem komputer.
Walaupun kabupaten lain di wilayah Indonesia sebagian
besar menunda pemberlakuan Kurikulum 2013.
Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Timur siap dengan konsekuensinya
terhadap kemandirian dalam pengadaan buku dan pelatihan guru. Hal ini dilakukan
karena pada prinsipnya kurikulum 2013 memiliki kelebihan dibandingkan dengan
kurikulum sebelumnya. Salah satunya
proses pembelajaran yang dengan pendekatan scientifik. Proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu:
a. mengamati;
b. menanya;
c. mengumpulkan informasi
d. mengasosiasi; dan
e. mengkomunikasikan
Sistem
Komputer diajarkan 2 jam perminggunya (2
x 45 menit), dengan waktu yang terbatas tersebut seringkali guru mengalami
kesulitan mengajarkan mata pelajaran tersebut karena selain tujuannya menambah
wawasan siswa untuk meningkatkan pemahamannya, guru juga dituntut bahwa setelah
mengikuti pelajaran tersebut siswa memiliki kompetensi dasar sebagaimana yang
diharapkan pada semua mata pelajaran Keahlian yang biasa diistilahkan pelajaran
“produktif”. Dengan kondisi itu terkadang guru
menggunakan model pembelajaran yang terpusat pada guru sehingga selama proses
pembelajaran tidak memberikan kesempatan siswa untuk mengemukakan ide,
menyampaikan gagasan, dan memberikan
ruang untuk mengembangkan ketrampilannya yang pada akhirnya menjadi
tertutup, pasif, tidak kreatif dan tidak terampil. Padahal menurut penelitian Usdayana
dkk.(2003), menyatakan bahwa pemberian kesempatan kepada siswa untuk
menyampaikan gagasan ternyata memunculkan gagasan-gagasan emas.
Meninjau hasil belajar siswa pada Tahun ajaran sebelumnya
2014/2015, di evaluasi hampir 75 % siswa kelas X TKJ khusus untuk pembahasan
materi ini memperoleh nilai di bawah KKM atau di bawah Nilai 2,27 (skala 1-4).
Rata-Rata siswa terkendala pada Materi Sistem Bilangan dan Penjabarannya
melalui gerbang logika dan logika aritmetika. Untuk itu dibutuhkan metode
pengajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Model pembelajaran Problem
Base Learning sesuai untuk materi Peserta didik
belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang
dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat
semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan
situasi di mana konsep diterapkan
Pada tahun ajaran 2014/2015 model pembelajaran yang saya gunakan untu materi
program linier adalah problem base
learning, hanya saya belum maksimal melaksanakan karena terkendala dengan
belum lengkapnya perangkat pembelajaran yang disiapkan seperti jobsheet dan
media pembelajarannya.
A.
RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana
meningkatkan Pemahaman siswa
tentang Relasi Logik Fungsi Gerbang Dasar (And,
Or, Not, Nand, Exor) dan Arithmatic Logic unit siswa kelas X TKJ melalui model pembelajaran Problem Base Learning
2. Bagaimana
meningkatkan Ketrampilan siswa menggunakan
relasi logik dan arithmatic logic unit pada
standart kompetensi siswa kelas X TKJ
melalui model pembelajaran Problem Base Learning
B.
TUJUAN
PENELITIAN
1. Untuk mengetahui cara meningkatkan pengetahuan siswa memahami Relasi Logik Fungsi Gerbang Dasar (And, Or,
Not, Nand, Exor) dan relasi logic siswa
kelas X TKJ melalui model pembelajaran Problem
Base Learning
2. Untuk mengetahui cara meningkatkan Ketrampilan siswa Menggunakn
Relasi Logik Fungsi Gerbang Dasar (And, Or, Not,
Nand, Exor) siswa kelas X TKJ melalui model pembelajaran Problem Base Learning
3.
MANFAAT
PENELITIAN
1.
Bagi Guru
Guru terdorong untuk
menemukan pendekatan atau metode yang tepat meningkatkan ketrampilan dan minat
siswa dalam proses belajar sistem komputer khususnya pada komptensi dasar
memahami Relasi Logik Fungsi Gerbang Dasar (And,
Or, Not, Nand, Exor) dan Arimetik Logic
pada standart kompetensi sistem komputer
2.
Bagi siswa
Siswa dapat meningkatkan
ketrampilan dan minat terhadap pelajaran sistem komputer serta modal untuk
memahami dasar keahlian komputer sebagai bekal kompetensi melanjutkan ke
tahapan belajar paket keahlian Teknik Komputer dan Jaringan
3.
Bagi Sekolah
PTK ini sangat bermanfaat
bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sistem komputer khususnya
komptensi dasar memahami Relasi Logik Fungsi
Gerbang Dasar (And, Or, Not, Nand, Exor)
dan Arimetik Logic pada standart kompetensi sistem komputer segaligus berbagi
informasi dengan sekolah lainnnya dalam menerapkan pembelajaran yang mengundang
siswa aktif belajar pada pelajaran paket keahlian teknik Komputer dan jaringan.
PTK ini juga dapat berguna memotivasi guru lainnya untuk melakukan PTK, karena
dengan PTK seorang guru dapat mengetahui potensi menngajarnya serta
kekurangannya sehingga kedepannya nanti mempunyai gambaran apa yang harus
seharusnya dilakuakan seorang guru
4.
Bagi Masyarakat
PTK ini
diharapkan menjadi sumber informasi dan pengetahuan bagi siapapun untuk
mengambarkan bahwa di SMK Negeri 1 Sangatta Utara Khususnya dan Dinas
Pendidikan Kutai Timur umumnya tetap melakukan peningkatkan kualitas dan mutu
cara mengajar guru melalui kegiatan
ilmiah seperti pembuatan PTK ini.
5.
Bagi Pemerintah
PTK ini
diharapkan akan dapat memberikan masukan kepada pemerintah , khususnya pengembang
kurikulum mata pelajaran paket Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan, untuk
mengevaluasi proses belajar mengajar khususnya mata pelajaran paket keahlian
(produktif) mengingat lulusan SMK diharapkan memiliki bekal ketrampilan bukan
hanya di tertulis di atas selembar kertas ijazah tetapi melekat pada siswa
tersebut. Ini menjadi masalah serius bagi bangsa Indonesia mengingat kualitas
lulusan SMK saat ini sangat rendah, apalagi di Tahun 2016 sebagai awal
berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang mana siswa tidak hanya bersaing
dengan sejawatnya di Indonesia tetapi dengan lulusan sekolah dari negara-negara
ASEAN. Hal itu menjadi perhatiann
bersama untuk terus dievaluasi dan mencari solusi terbaik tetapi peranan
Pemerintah dalam hal ini sangat berarti sekali.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Problem Based Learning (PBL)
1. Pengertian
Problem Based Learning
Problem Based Learning (PBL) dalam bahasa Indonesia disebut Pembelajaran Berbasis Masalah
(PBM). Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang
diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu
yang baru dan kompleksitas yang ada.
Pengertian Pembelajaran Berbasis masalah
yang lain adalah
metode mengajar dengan fokus pemecahan
masalah yang nyata, proses dimana
Peserta didik melaksanakan kerja kelompok,
umpan balik, diskusi
yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk
investigasi dan penyelidikan dan laporan akhir.Dengan
demikian Peserta didik
di dorong untuk lebih aktif terlibat dalam materi pembelajaran dan mengembangkan ketrampilan berfikir kritis.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah
pendekatan pembelajaran yang
menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk
belajar. Dalam
kelas
yang
menerapkan
pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalamtim untuk
2. Karakteristik Problem Based Learning
Karakteristik Problem Based Learning adalah sebagai berikut:
a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar
b. Permasalahan yang
diangkat
adalah
permasalahan yang
ada
di
dunia nyata yang tidak terstruktur
c. Permasalahan memebutuhkan perspektif ganda
d. Permasalahan
menantang pengetahuan yang dimilki oleh Peserta didik, sikap dan kompentensi yang kemudian membutuhkan
identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam mengajar;
e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama:
f. Pemanfaatan
sumber pengetahuan yang
beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM;
g. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif;
h. Pengembangan keterampilan inquiri
dan
pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan;
i. Keterbukaan proses dalam
PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar; dan
j. PBM melibatkan evaluasi
dan
review pengalaman
Peserta
didik
dan proses
belajar
3. Sintak Model Problem Based Learning
Proses PBL mereplikasi
pendekatan sistematik yang sudah
banyak
digunakan dalam menyelesaikan
masalah atau memenuhi tuntutan-tuntutan
dalam dunia kehidupan dan karier.
Sintak operasional PBL bisa rmencakup antara lain sebagai berikut:
a. Pertama-tama Peserta didik disajikan suatu masalah.
b. Peserta didik mendiskusikan masalah
dalam tutorial PBL dalam sebuah kelompok kecil.
Mereka mengklarifikasi fakta-fakta suatu kasus
kemudian mendefinisikan sebuah masalah. Mereka membrainstorming gagasan-gagasannya dengan berpijak pada
pengetahuan sebelumnya. Kemudian, mereka mengidentifikasi apa yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan masalah serta apa yang
mereka tidak ketahui. Mereka menelaah masalah
tersebut.
Mereka juga mendesain suatu rencana
tindakan untuk menggarap
masalah.
c. Peserta didik terlibat
dalam
studi
independen
untuk menyelesaikan
masalah diluar bimbingan
guru. Hal ini bisa mencakup: perpustakaan, database, website, masyarakat, dan observasi.
d. Peserta didik kembali
pada tutorial PBL, lalu saling sharing, informasi,
melalui peer teaching
atau cooperative learning atas masalah tertentu.
e. Peserta didik menyajikan
solusi atas masalah.
f. Peserta didik mereview apa yang
mereka pelajari proses pengerjaan selama ini. Semua yang
berpartisipasi
dalam
proses
tersebut
terlibat
dalam review
berpasangan, dan review
berdasarkan
bimbingan
guru, sekaligus melakukan refleksi atas kontribusinya tehadap proses tersebut2
4. Langkah-Langkah Penggunaan
Model Problem Based Learning
Ibrahim dan Nur (2000:13)
dan
Ismail (2002:1)
mengemukakan
bahwa langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Langkah-langkah Problem Based Learning
Fase
|
Indikator
|
Tingkah Laku Guru
|
1
|
Orientasi Peserta
didik pada
masalah
|
Menjelaskan tujuan
pembelajaran,
menjelaskan
logistik yang diperlukan, dan memotivasi Peserta didik terlibat
pada aktivitas pemecahan masalah
|
2
|
Mengorganisasi
Peserta
didik untuk belajar
|
Membantu Peserta didik mendefinisikan
dan mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah tersebut
|
3
|
Membimbing pengalaman
individual/kelompok
|
Mendorong Peserta didik
untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen
untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan
masalah
|
4
|
Mengembangkan dan
menyajikan hasil
karya
|
Membantu Peserta didik dalam
merencanakan
dan menyiapkan karya yang sesuai
seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
|
5
|
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
|
Membantu Peserta didik untuk melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka
gunakan.
|
Langkah-langkah
operasional
dalam
proses pembelajaran yang dikonsepkan oleh
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan adalah sebagai
berikut:
a. Konsep
Dasar (Basic
Concept)
Fasilitator memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link
dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal
ini dimaksudkan
agar peserta
didik
lebih cepat masuk
dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan
peta yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran.
b. Pendefinisian Masalah (Defining The Problem)
Dalam langkah ini
fasilitator menyampaikan
scenario atau permasalahan dan peserta didik melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua
anggota
kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan
terhadap scenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam
alternative pendapat.
c. Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
Peserta didik
mencari
berbagai
sumber
yang dapat
memperjelas isu yang sedang dinvestigasi. Sumber
yang
dimaksud dapat
dalam
bentuk
artikel tetulis yang
tersimpan dipepustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang
yang relevan.
Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama,yaitu: (1) agar peserta didik mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang
relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan dikelas, dan (2)
informasi dikumpulkan dengan satu
tujuan yaitu
dipresentasikan di
kelas dan informasi
tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.
d. Pertukaran Pengetahuan (Exchange Knowledge)
Setelah mendapatkan sumber
untuk keperluan pendalaman
materi
dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada
pertemuan berikutnya
peserta didik berdiskusi
dalam
kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserta didik berkumpul
sesuai kelompok dan fasilitatornya.
e. Penilaian (Assessment)
Penilaian dilakukan
dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan
sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan
pengetahuan yang mencakup
seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian
akhir semester (UAS), ujian
tengah semester
(UTS), kuis, PR,
dokumen, dan laporan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas langkah-langkah pembelajaran (sintaks
pembelajaran) yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Penyajian
Masalah. Pertama-tama
Peserta didik disajikan suatu masalah.Selain itu dalam kegiatan ini
guru
menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi Peserta didik
terlibat pada aktivitas pemecahan masalah. Hal ini dimaksudkan
agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan peta yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran.
b. Diskusi Masalah. Peserta didik mendiskusikan masalah dalam tutorial PBL dalam
sebuah
kelompok kecil.
Mereka mengklarifikasi fakta-fakta
suatu kasus
kemudian mendefinisikan sebuah masalah. Mereka membrainstorming
gagasan-gagasannya
dengan berpijak pada pengetahuan sebelumnya. Kemudian,
mereka mengidentifikasi apa
yang mereka
butuhkan untuk
menyelesaikan
masalah serta
apa
yang mereka
tidak
ketahui. Mereka
menelaah masalah tersebut.
Mereka juga mendesain suatu rencana tindakan untuk menggarap masalah. Guru dalam hal
ini hanya memfasilitasi kegiatan
tersebut, sehingga berjalan dengan lancar.
c. Penyajian Solusi dari Masalah. Membantu peserta didik dalam merencanakandan menyiapkan penyajian solusi dari masalah, dan
membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
d. Mereview. Peserta didik bersama-sama dengan guru
melakukan mereview terhadap penyelidikan
mereka dan proses yang mereka gunakan.
B. Pengertian Pemahaman Siswa
Menurut kamus bahasa indonesia, pemahaman
berasal
dari
kata
paham yang artinya mengerti benar dalam suatu hal. Sagala (2012: 157) mengemukakan bahwa pemahaman (comprehension) mengacu pada kemampuan untuk mengerti
dan memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat dan memaknai arti dari bahan maupun materi yang dipelajari. Pada umumnya unsur pemahaman
ini
menyangkut kemampuan
menangkap
makna
suatu konsep dengan kata-kata sendiri.
Menurut Driver (dalam Hasanah, 2004: 20) pemahaman adalah kemampuan
untuk menjelaskan
suatu situasi atau
suatu tindakan.
1.
Hakikat Pemahaman
Siswa
Sagala (2012: 157) mengemukakan bahwa
pemahaman dapat dibedakan
menjadi tiga kategori yakni
penerjemahan
(translation)
misalnya
dari
lambang
ke
arti, penafsiran
(interpretation),
dan ekstrapolasi (extrapolation) yaitu menyimpulkan dari sesuatu yang telah
diketahui. Pemahaman translasi adalah kemampuan untuk memahami suatu ide dengan cara lain
dari pada pernyataan asli
yang dikenal sebelumnya. Pemahaman interpretasi adalah
kemampuan untuk memahami atau mampu mengartikan suatu ide yang diubah atau disusun dalam bentuk lain
seperti kesamaan, grafik, tabel, diagram, dan sebagainya. Pemahaman ekstrapolasi
adalah
keterampilan
untuk meramalkan
kelanjutan
dari kecenderungan yang ada menurut data tertentu.
Berdasarkan pengertian
tersebut,
maka
peneliti mengambil kesimpulan
bahwa
yang
ya u
|
maksud dan unsur-unsur yang terkait dengan materi penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Siswa
Pada Materi
Penggolongan
Para ahli pendidikan terutama yang concern terhadap
psikologi pendidikan dan psikologi
pembelajaran turut terlibat memikirkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran terutama faktor yang
mempengaruhi
pemahaman dan belajar siswa.
Dengan pandangan yang lebih konseptual
dikemukakakan beberapa
faktor yang
dapat mempengaruhi
proses pembelajaran siswa. Secara garis besar, dapat
dibagi faktor-faktor tersebut sebagai berikut
a. Faktor
raw
input (faktor siswa
itu sendiri) dimana tiap siswa
memiliki
kondisi yang berbeda-beda dalam :
1) Kondisi fisiologis.
2) Kondisi psikologis.
b. Faktor enviromental input
(faktor lingkungan), baik lingkungan
alami
ataupun lingkungan
sosial.
c. Faktor instrumental input,
antara lain terdiri darii :
1) Kurikulum.
2) Program / bahan pengajaran.
3) Sarana
dan fasilitas.
4) Guru (tenaga pengajar).
Selanjutnya akan diuraikan secara singkat faktor-faktor tersebut
yang meliputi faktor dari luar dan faktor dari dalam.
1) Faktor enviromental input
(faktor lingkungan)
Kondisi lingkungan yang mempengaruhi proses dan hasil belajar meliputi lingkungan
alami dan lingkungan sosial. Lingkungan alami dapat
berupa keadaan suhu, kelembaban udara,
dan sebagainya. Belajar dalam keadaan udara yang segar akan lebih baik hasilnya dari
pada belajar pada
keadaan udara panas. Lingkungan sosial, dapat
berwujud manusia maupun
representasi (wakil)
manusia seperti potret, rekaman, dan sebagainya.
2) Faktor instrumental
Faktor-faktor
instrumental adalah
faktor-faktor yang pengadaan dan penggunaannya dirancangkan sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor instrumental
ini
dapat berwujud
faktor-faktor keras (hardware), seperti
gedung, perlengkapan
belajar, alat-alat
praktikum, perpustakaan dan sebagainya. Maupun faktor-faktor lunak (software), seperti kurikulum, bahan
yang harus dipelajari,
pedoman-pedoman belajar, dan
sebagainya.
b. Faktor
dari dalam
Faktor dari dalam adalah kondisi individu atau siswa yang belajar, terdiri dari kondisi fisiologis
dan psikologis siswa.
1) Kondisi fisiologis siswa
Kondisi fisiologis pada
umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar siswa.
Mengenai fisiologis ialah bagaimana kondisi fisiknya dan panca inderanya. Secara umum
kondisi fisiologis seperti
kesehatan yang
prima, tidak dalam
keadaan
capai
atau cacat
jasmani, akan
sangat membantu
dalam proses
dan hasil belajar.
2) Kondisi psikologis siswa
a) Minat
Minat
sangat mempengaruhi proses dan hasil
belajar. Jika
seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu, maka tidak diharapkan dia
akan berhasil dalam mempelajari hal tersebut, sebaliknya jika seseorang belajar dengan penuh minat maka hasil
yang diharapkan akan lebih baik. Oleh karena
itu, para pendidik hendaknya memperhatikan
begaimana mengusahakan agar hal yang disajikan sebagai pengalaman belajar dapat menarik minat para
pelajar, atau
bagaimana caranya menentukan
agar para
pelajar belajar mengenai hal-hal yang
menarik minat mereka.
b) Kecerdasan
Kecerdasan besar peranannya
dalam
berhasil dan tidaknya seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti sesuatu program pendidikan. Hasil pengukuran kecerdasan biasa
dinyatakan dengan angka yang
menunjukkan“ perbandingan kecerdasan”
yang terkenal dengan IQ (Intelligence Quotient). Dengan memahami taraf IQ setiap siswa, maka
seorang guru akan dapat memperkirakan tindakan
yang harus diberikan kepada siswa didiknya secara
tepat.
c) Bakat
Bakat merupakan faktor yang besar
pengaruhnya terhadap
proses dan hasil belajar
seseorang. Belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat akan memperbesar kemungkinan berhasilnya
usaha itu. Siswa yang memiliki bakat yang tinggi, disebut siswa berbakat. Secara definitif, siswa berbakat adalah mereka yang oleh orang-orang
yang berkualifikasi profesional diidentifikasikan sebagai siswa yang
mampu mencapai
prestasi yang tinggi, karena mempunyai kemampuan
yang tinggi.
d) Motivasi
Hanafiah (2012: 26) mengemukakan bahwa motivasi adalah kondisi
psikologis yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Jadi motivasi untuk
belajar adalah
kondisi psikologis yang mendorong seseorang
untuk belajar. Penemuan – penemuan penelitian
menunjukkan bahwa hasil belajar pada
umumnya
meningkat jika motivasi untuk belajar
bertambah. Maka, meningkatkan motivasi
belajar siswa didik penting untuk
mencapai hasil belajar yang
optimal.
e) Kemampuan kognitif
Kemampuan – kemampuan
kognitif merupakan
faktor-faktor
yang penting dalam kegiatan belajar para
siswa atau siswa didik. Hal
ini terjadi karena dalam menentukan keberhasilan belajar siswa di
sekolah masih lebih mengutamakan aspek kognitif, sedangkan aspek afektif dan aspek psikomotor yang
merupakan aspek lain
dari tujuan pendidikan lebih bersikap pelengkap.
Kemampuan-kemampuan kognitif itu terutama adalah persepsi,
ingatan, dan berfikir.
C. Hakikat Keterampilan
Suatu pembelajaran gerak sangat erat kaitannya
dengan istilah terampil.Seseorang dikatakan terampil jika ia mampu menguasai suatu
gerak yang telah dilatihkan dengan baik. Menurut Amung Ma’mun dan Yudha
(2000: 57),
Keterampilan
adalah derajat keberhasilan yang konsisten
dalam mencapai suatu
tujuan dengan efektif dan efisien. Semakin tinggi kemampuan seseorang mencapai tujuan yang diharapkan,
maka semakin terampil
orang tersebut.
Menurut Schmidt dalam Amung
Ma’mun dan
Yudha (2000: 61),
keterampilan merupakan kemampuan untuk
membuat hasil akhir dengan
kepastian yang
maksimum, tetapi dengan pengeluaran energi dan waktu yang
minimum. Sedangkan menurut Singer yang
dikutip dalam Amung
Ma’mun dan Yudha
(2000: 61), keterampilan adalah derajat keberhasilan
yang konsisten
dalam
mencapai suatu tujuan dengan efisiensi
dan efektif.
Menurut
Sage
dalam Muhammad Muhsin (2008), keterampilan juga dapat
dipahami sebagai indikator
dari tingkat
kemahiran. Penguasaan suatu
keterampilan motorik merupakan sebuah proses di mana seseorang mengembangkan seperangkat respon ke
dalam suatu pola gerak yang
terkoordinasi, terorganisir, dan
terintegrasi. Sebagai indikator
dari kemahiran, maka
keterampilan diartikan sebagai kompetensi yang
diperagakan oleh seseorang
dalam melaksankan tugas yang
berkaitan
dengan pencapai suatu tujuan. Semakin tinggi kemampuan seseorang mencapai tujuan yang diharapkan, maka semakin
terampil
orang tersebut.
Menurut
Ma’mun dan Yudha (2000: 58), untuk memperoleh tingkat
keterampilan diperlukan pengetahuan yang mendasar tentang
bagaimana
keterampilan tertentu dihasilkan atau diperoleh serta
faktor-faktor apa saja
yang berperan dalam mendorong penguasaan keterampilan. Pada intinya
bahwa suatu keterampilan itu baru dapat dikuasai apabila
dipelajari atau dilatihkan dengan persyaratan
tertentu, satu diantaranya adalah
kegiatan pembelajaran atau
latihan keterampilan tersebut dilakukan
secara terus menerus
dalam jangka waktu
tertentu yang memadai.
koordinasi neuromuskuler yang memerlukan
ketepatan derajat tinggi untuk
berhasilnya keterampilan ini.
Pencapaian suatu keterampilan
dipengaruhi oleh banyak faktor yang
secara umum dibedakan menjadi tiga hal yang utama, yaitu (1) faktor proses belajar mengajar, (2) faktor pribadi, dan (3) faktor situasional
(Amung Ma’mun dan
Yudha,
2000: 70).
Amumg Ma’mun dan Yudha (2000: 83) mengemukakan bahwa ada tiga hal yang dapat diidentifikasi dalam tahap belajar keterampilan gerak,
yaitu (1) tahapan verbal-kognitif, (2)
tahapan motorik, dan (3)
tahapan
otomatisasi.
Ketiga tahap belajar di atas
diuraikan sebagai berikut:
1) Tahapan Verbal-Kognitif
Pada tahapan ini, tugasnya adalah memberikan pemahaman secara
lengkap mengenai bentuk gerakan baru kepada peserta didik. Instruksi,
demonstrasi, film clips, dan informasi verbal lainnya secara khusus memberikan manfaat dalam tahapan ini.
Tujuan
pembelajarannya adalah agar peserta didik dapat mentransfer informasi yang sudah dipelajari sebelumnya kepada bentuk keterampilan yang dihadapinya
sekarang.
2) Tahapan Motorik
Pertama kali yang harus dikuasai oleh peserta didik pada tahapan ini
adalah
kontrol dan konsistensi sikap berdiri, rasa percaya diri. Peserta didik
mulai
membangun sebuah
program
motorik
untuk
latihan ke latihan
yang
lain dilihatnya sebagai upaya peserta didik untuk
mencari solusi baru mengenai gerakannya. Konsistensi secara berangsur-angsur
meningkat dan gerakannya mulai stabil
dan
antisipasi
meningkat. Tahapan motorik secara
umum agak lebih lama daripada tahapan verbal-kognitif, barangkali perlu
waktu beberapa minggu atau bulan untuk menguasai keterampilan olahraga dan bahkan cenderung
lebih lama apabila peserta didik tersebut mempunyai
kesulitan.
3) Tahapan Otomatisasi.
Pada tahapan ini program motorik sudah berkembang dengan baik dan dapat mengontrol gerak dalam waktu singkat. Peserta
didik sudah menjadi terampil dan setiap gerakan yang
dilakukan lebih efektif dan efisien.
Bahkan untuk suatu keterampilan
olahraga tertentu nampak
dilakukan dengan gerakan rileks
tapi mantap.
Sedangkan menurut Sudrajat Prawirasaputra (2000: 19-22), penguasaan keterampilan pada setiap cabang olahraga berlandaskan pada
penguasaan keterampilan dasar. Keterampilan dasar tersebut secara
umum terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu (1) keterampilan lokomotor, (2)
keterampilan non lokomotor,
dan
(3) keterampilan manipulatif. Dari ketiga
keterampilan dasar tersebut diuraikan sebagai
berikut:
1) Keterampilan Lokomotor
Adalah keterampilan untuk
menggerakkan anggota
badan dalam keadaan titik berat badan berpindah sari satu tempat ke tempat lain.
Bentuk keterampilan
dasar dominan dalam sepaktakraw adalah
berpindah tempat berupa
gerakan melangkah, lari beberapa langkah,
meompat dengan
dua kaki, dan melompat dengan
satu kaki. Keterampilan ini harus didukung
oleh kekuatan dan kecepatan serta
power seperti untuk gerakan
melompat.
2) Keterampilan non Lokomotor
Adalah keterampilan yang dilakukan dengan menggerakkan anggota
badan yang
melibatkan sendi dan otot dalam keadaan badan si pelaku menetap, statis, kaki tetap menumpu pada bidang
tumpu atau tetap
berpegang pada pegangan. Keterampilan ini didukung
oleh
keseimbangan untuk mempertahankan posisi tubuh dan kekuatan
otot tungkai yang dipakai sebagai
penumpu.
3) Keterampilan Manipulatif
Adalah keterampilan menggunakan anggota
badan, tangan atau
kaki
untuk mengontrol bola. Keterampilan
manipulatif dominan dalam
sepaktakraw yaitu
menyepak
bola dengan kaki.
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan
diartikan sebagai kemampuan atau kompetensi yang
diperagakan oleh
seseorang
dalam melaksanakan suatu tugas yang berkaitan dengan
pencapaian suatu
tujuan yang didapat melalui proses belajar. Di mana dalam
melaksanakan sebuah
pelatihan atau pembelajaran harus
dilaksanakan secara terus menerus dan
berpedoman pada prosedur latihan
D. RANGKAIAN LOGIKA
Menurut Ritz (1992:6), logika adalah ilmu yang berkaitan dengan hukum-hukum dan
patokan yang dikenakan pada peragaan kesimpulan dengan menerapkan azas-azas
penalaran. Catatan pengkajian pertama yang terekam tentang logika resmi telah
dibuat oleh Aristoteles, seorang filsof
Yunani (384 - 322 SM). Aristoteles merumuskan konsep
tentang ’logika keterangan’ (propositnal logic) teori
hal susunanpikir (silogisme). Ia
melihat bahwa kaitan logika dapat dinyatakan sebagai kalimat-kalimat
menerangkan. Kemajuan besar dalam bidang ilmu logika dibuat oleh ahli
matematika Inggris George Simon Boole (1815 - 1864)
yang telah menerbitkan risalahnya berjudul
”A
Mathematical Analysis of Logic” (Analisis Matematika tentang Logika).
Boole telah mempelajari karya Aristoteles dan menyusun peringkat lambanglambang
matematika guna menggantikan pernyataan-pernyataan Aristoteles, namun ia pun
menemukan bahwa sistem aljabarnya akan dapat dikenakan pada penalaran logika perihal kaitan antara keterangan-keterangan. Untuk mengaitkan teori
logika dengan rangkaian logika memerlukan waktu yang cukup lama, sampai Claude B. Shannon menjelaskan dalam artikelnya ”A Symbolic Analysis of Relay and
Switching Circuits” (1938) bagaimana
aljabar Boole dapat
dipakai untuk menjelaskan
cara kerja kelengkapan sambungan telepon. Berdasarkan pengamatan
terhadap aplikasi elektronika
di industri-industri menunjukkan bahwa konversi ke teknik digital
sering dijumpai. Alasannya antara lain: informasi yang dikodekan secara digital
akan mengurangi ketidakpastian dan besarnya keingingan untuk
menggunakan komputer digital
dalam proses industri.
Alasan menggunakan komputer digital
dalam proses industri
BAB III.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Sangatta Utara berlokasi di Jalan g Majay Kec. Sangatta Utara
Kabupaten Kutai Timur berdampingan dengan SMP Negeri 5 Sangatta
Utara dan SDN Negeri 009 Sangatta Utara.
B.
Waktu Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu pada bulan September sampai dengan Nopember 2015
C.
Subyek Penelitian
Penelitian
ini mengarah kepada peserta didik kelas
X TKJ .
Pengambilan subyek penelitian ini dipilih berdasarkan observasi awal yang
telah dilakukan oleh peneliti
Pengambilan subyek penelitian ini dipilih berdasarkan observasi awal yang
telah dilakukan oleh peneliti
D.
Jenis Penelitian
Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan
kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). PTK
dilaksanakan dengan pengkajian berulang. Menurut Sukardi (2010:213) terdapat empat langkah penting
dalam . PTK yang meliputi perencanaan (planning),
Tindakan (action), pengamatan (observation) dan terakhir adalah refleksi
(reflection). Karena dengan model ini apabila ditemukan
adanya kekurangan, maka
perencanaan dan pelaksanaan
tindakan perbaikan masih
dapat dilanjutkan pada
siklus berikutnya
sampai target yang diinginkan tercapai.
Gambar
4. Model PTK Kemmis dan Mc.Taggart
(Suharsimi
Arikunto, 2010 : 132)
Keterangan gambar:
1. Rencana (plan), merupakan tahap awal
yang harus dilakukan
guru sebelum melakukan sesuatu tentang apa,
mengapa, dimana, oleh siapa, dan bagaimana penelitian tersebut dilakukan.
2. Tindakan dan pengamatan (action and
observation), merupakan tahapan
dimana guru menerapkan apa yang telah direncanakan sebelumnya,
dimana guru menerapkan apa yang telah direncanakan sebelumnya,
3. Refleksi (reflection) adalah penafsiran
(penginterpretasian), menjelaskan
dan menyimpulkan hasil yang diperoleh dari penelitian. Sehingga hasil
dari refleksi dapat digunakan sebagai revisi terhadap perencanaan yang
telah dilaksanakan dan dipergunakan untuk memperbaiki kinerja guru
pada pertemuan selanjutnya.
dan menyimpulkan hasil yang diperoleh dari penelitian. Sehingga hasil
dari refleksi dapat digunakan sebagai revisi terhadap perencanaan yang
telah dilaksanakan dan dipergunakan untuk memperbaiki kinerja guru
pada pertemuan selanjutnya.
E. Kondisi Awal Subyek yang
Diteliti
Siswa kelas X
TKJ berjumlah 33 siswa alasan untuk memilih kelas X TKJ karena Komptensi Sistem
Komputer merupakan mata pelajaran dasar kealian bukan mata pelajaran lanjutan.
Sebelum penelitian dilaksanakan kelas
X TKJ , Guru peneliti telah mengajar di
kelas tersebut selama 3 kali pertemuan . sehingga hasil mengajar selama
itu digunakan oleh guru peneliti untuk
mengukur tingkat kemampuan pengetahuan dan ketrampilan siswa dan selanjutnya
hasil pengukuran tersebut digunakan untuk mempersiapkan bahan untuk penelitian PTK yang dilakukan
F. Teknik Pengumpulan
Data
Penelitian ini
menggunakan 2 Siklus dan setiap siklus terdiri dari 3 pertemuan pengambilan
nilai hasil belajar tidak mengikuti setiap tahapan pertemuan. Untuk pertemuan I pada setiap siklus
guru memberikan penguatan konsep dengan materi dan soal-soal latihan. Pada
pertemuan II dilakukan penilaian pengetahuan untuk mengukur tingkat pemahaman
siswa. Pada pertemuan III penilaian ketrampilan dengan melihat hasil unjuk
kerja siswa.
G. Analisis Data
Setelah
melihat hasil peniliaian siswa, maka guru melakukan evaluasi hasil belajar
dengan melihat semua tahapn penelitian PTK dimulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan reflesi. Hasil analisis ini
dilakukan setiap siklus (Siklus I dan Siklus II), Hasil analisis bertujuan
untuk mengetahui prosedur pembelajaran
yang telah dilakukan sudah berhasil atau belum
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Penelitian Kegiatan Pembelajaran
Setelah peneliti melakukan prosedur penelitian tindakan kelas (PTK)
yang dimulai dari mempersiapkan proposal yang disetujui oleh pimpinan sekolah menyiapkan lembar instrumen, menyiapkan
kelas yang digunakan untuk PTK , lalu membaca dan memahami kerangka teoitis dan
metode penelitian yang dilaksanakan, maka peneliti melaporkan hasil PTK.
Peneliti juga telah melakukan teknik pengumpulan data, kemudian menganalisis
data secara bersama observer, menafsirkan data, mencoba menarik kesimpulan,
menentukan tindakan perbaikan sesuai dengan hasil penelitian dan mentukan
tindakan selanjutnya pada setiap siklus,
1.
Pelaksanaan siklus 1
Pada siklus I dilaksanakan sebanyak 3 pertemuan dengan kompetensi dasar “Relasi
Logika Fungsi Gerbang Dasar (And, Or, Not, Nand, Exor). Untuk menjelaskan hasil penelitian, peneliti
menguraikan sebagai berikut :
Perencanaan
|
Tindakan
|
Guru menyiapkan design pembelajaran dengan membuat RPP berkaitan kompetensi dasar yang dicapai oleh
siswa yakni relasi
logika fungsi gerbang dasar (AND, OR, NOT, NAND, EXOR) dengan jumlah jam pertemuan 3 jm ( 2x 45 menit ) materi disusun sesuai dengan pendekatan
scientifik,
|
Guru
melaksanakan pedoman pengajaran sesuai RPP yang telah dibuat dan semaksimal
mungking melakukan proses pengajaran dengan pendekatan scientifik mendorong
siswa untuk mengamati, bertanya, mencari sumber informasi lain, menghubungkan
informasi yang diperoleh dengan materi yang diajarkan dan mengkomunikasikan
atau mendiskusikan dengan teman sejawatnya.
|
Perencanaan
|
Tindakan
|
Pertemuan I guru menyiapkan materi dan konsep penguatan
konsep Dasar relasi
logika fungsi gerbang dasar (AND, OR, NOT, NAND, EXOR). Materi meliputi tentang teori dasar, tabel kebenaran dan sifat-sifat setiap
gerbang dasar. Konsepnya diambil dari
kejadian atau peristiwa kehidupan sehari-hari yang dekat dengan kehidupan
siswa.
|
Siswa mengikuti kegiatan belajar dengan guru mengajarkan materi yang dimulai sebuah permasalahan,
kemudian memberikan teori dasar dan dikuatkan dengan soal-soal
latihan terutama cara mengisi tabel
kebenaran setiap gerbang dasar
|
Pertemuan II materi dikembangkan tetap dengan acuan PBL
dengan sebuah masalah yaitu bagaimana membuat
rangkain kombinasi dari beberapa gerbang logika yang lainnya, untuk itu guru
menyiapkan jobsheet untuk dikerjakan secara berkelompok dan merencanakan
instrumen test mengukur pemahaman siswa jika rangkaian logika terdiri dari
beberapa gerbang dasar (AND, OR, NOT, NAND,
EXOR)
|
Guru mereviw pelajaran sebelumnya , selanjutnya mempersilahkan
1 siswa setiap kelompok untuk mengerjakan soal latihan, Siswa
terlibat aktif dalam diskusi kelompok dan membagi kerjaan dengan teman
sekelompok, ada yang bertugas mencatat hasil diskusi, yang lainnya mencari
informasi dari referensi lain selain materi ajar adapula yang berrtugas
mencari informasi dari guru dan teman sejawatnya yang berlainan kelompok Kemudian guru memberikan soal menantang karena karena
rangkain logikanya gabungan dari beberapa gerbang dasar.
|
Pertemuan III materi dikembangkan dengan permasalahna
baru yaitu menguji kemampuan siswa mengembangkan konsep pembelajaran yang
sudah dipahaminya dengan mencoba membuat rangkaian logika hasil rancangan
sendiri, guru menyiapkan jobsheet , materi ajar dan Instrumen test unjuk
kerja siswa
|
Guru menuntun siswa untuk mencoba penyelesaikan test
unjuk kerja dan mencatat ha-hal yang merupakan kendala utama siswa
menyelesaikan test unjuk kerja
|
Untuk
setiap pertemuan Guru menyiapkan media
pembelajaran dengan materi dipresentasikan di hadapan siswa dengan
menggunakan aplikasi ppowerpoint . Materi presentasi disusun sesuai dengan
karateristik PBL yakni menjadikan permasalahan sebagai starting point dan
berasal dari dunia nyata yang menantang dan mudah dikenali oleh peserta didik
|
Siswa
menyaksikan presentasi dan siswa terdorong untuk bertanya tentang materi yang
ditayangkan karena menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan
peristiwa atau kejadian yang dialaminya sehari-hari
|
Guru menrencanakan
untuk mencatat hal-hal yang terjadi saat kegiatan berlangsung berdasarkan
urutan kegiatan
|
Mencatat
perkembangan pembelajaran dengan melihat peristiwa-peristiwa yang menjadi
faktor pendukung dan faktor penghambat
|
Pengamatan
|
Reflesi
|
Di Siklus I khususnya pertemuan I dan II , Guru mencoba
mengetahui pemahaman siswa dengan melakukan tanya jawab secara lisan dan tes
tertulis di kelas diperoleh bahwa ada sebagian siswa sudah dapat memahami
prinsif kerja masing-masing gerbang dasar dan cara mengisi tabel kebenaran dari
masing-masing gerbang logika dasar (AND, OR, NOT,
NAND, EXOR ) untuk sebagian siswa
lainnya belum dapat memahami dengan baik, ada beberapa siswa saat materi
diberikan sudah dimergerti, tetapi di akhir pelajaran siswa tersebut lupa
lagi konsep dasarnya. Berdasarkan hasil tes Pengetahuan diperoleh ada 13
siswa belum memenuhi kreteria ketuntasan,
|
Dari
siklus I diketahui pemahaman siswa
belum semuanya siswa memahami secara
mendalam konsep dasar tentang gerbang logika dasar (AND,
OR, NOT, NAND, EXOR ) dan cara
mengisi tabel kebenarannya, guru merasa perlu untuk meningkatkan pemahaman
siswa dengan banyak memberikan soal-soal latihan dan memotivasi siswa jika
untuk banyak bertanya kepada guru atau teman sejawatnya jika belum memahami
betul materi yang diajarkan guru
|
Pada
pertemuan ke III Untuk Hasil unjuk kerja terjadi peningkatan nilai jika
dibandingkan dengan hasil tes pengetahuan (pertemuan II) walaupun belum signifikan artinya masih ada
siswa yang belum mampu memperbaiki ketidaktuntasannya pada tes terdahulu
bahkan ada 2 siswa yang pada tes pengetahuannya tuntas tetapi di tes unjuk
kerja rendah alasan siswa karena ada kesibukkan dengan kegiatan lomba di
sekolah
|
Hasil
unjuk kerja pada siklus I pada pertemuan III menunjukan masih ada 8 siswa
yang belum tuntas, guru perlu meningkatkan kemampuan siswa pada siklus 2
dengan mencoba menggunakan aplikasi bantuan “Atanua” sebuah apalikasi
simulasi penggunaan gerbang dasar logika
|
Tabel : DAFTAR NILAI PENGETAHUAN DAN KETRAMPILAN
SIKLUS I KELAS X TKJ
No
|
Nama
Siswa
|
Nilai
Pengetahuan
|
Nilai Ketrampilan
|
|
1
|
ADE KURNIAWAN
|
2,99
|
3,05
|
|
2
|
ADIB AMANULLAH
|
2,34
|
2,13
|
|
3
|
ADITYA SETIAWAN
|
2,65
|
2,72
|
|
4
|
ANDI ILHAM FHATOTORI AKBAR M
|
3,14
|
3,11
|
|
5
|
AYU AZHARI
|
2,24
|
2,19
|
|
6
|
DILA PUTRI ANDRIYANI
|
2,83
|
2,78
|
|
7
|
ERNESTINE ZEFANYA
|
2,99
|
3,05
|
|
8
|
FARHAN DHANDY SETYAWAN
|
2,08
|
2,74
|
|
9
|
FITRI WULANDARI
|
2,83
|
2,46
|
|
10
|
GRACE TODING DATU
|
3,16
|
2,99
|
|
11
|
JORDY KURNIA PRANATA
|
2,08
|
1,86
|
|
12
|
MARDIANTO
|
2,82
|
2,92
|
|
13
|
MILA LESTARI
|
1,75
|
2,20
|
|
14
|
MOHAMAD CHAIRUL REZA
|
3,48
|
3,38
|
|
15
|
MUHAMMAD FIRHANSYAH
|
2,40
|
2,78
|
|
16
|
MUHAMMAD IDRIS
|
2,82
|
2,59
|
|
17
|
MUHAMMAD IHZA SETIYAWAN
|
2,66
|
2,73
|
|
18
|
MUHAMMAD NUR KASMIR
|
2,83
|
2,86
|
|
19
|
MUHAMMAD RIVAI
|
2,82
|
2,85
|
|
20
|
MUHAMMAD RIZKI TABARA
|
2,34
|
2,81
|
|
21
|
MUHAMMAD SUKRI
|
2,50
|
2,87
|
|
22
|
NUR ASIAH
|
3,48
|
3,38
|
|
23
|
NUR REZA PRESILIA
|
2,83
|
2,73
|
|
24
|
NURUL ANNISA SAFRIYANI A.
|
2,99
|
2,85
|
|
25
|
ORNANDO SETIA DEWAJI
|
1,92
|
2,13
|
|
26
|
RANGGA AGUNG WICAKSANA P.
|
2,66
|
2,85
|
|
27
|
RATNA DEVI YANTI
|
2,84
|
2,73
|
|
28
|
RIDHO FHARIAL FASHA
|
2,49
|
2,59
|
|
29
|
RIFANSYAH LUKMAN
|
3,16
|
2,79
|
|
30
|
RIKY ADI SAPUTRA
|
3,65
|
3,58
|
|
31
|
TAUFIK HIDAYAT
|
3,32
|
3,58
|
|
32
|
WAHYU ANGGARA
|
3,83
|
3,86
|
|
33
|
NUR FITRIA RAMADHANI
|
3,65
|
3,72
|
|
Jumlah
siswa di atas Nilai KKM (< 2,67)
|
20
siswa
|
25
siswa
|
||
Jumlah
siswa di bawah Nilai KKM (> 2,67)
|
13
siswa
|
8
siswa
|
2.
Pelaksanaan siklus II
Pada siklus II dilaksanakan sebanyak 3 pertemuan dengan kompetensi dasar “Aritmatik Logic”
Perencanaan
|
Tindakan
|
|||
Guru menyiapkan design pembelajaran dengan membuat
RPP berkaitan kompetensi dasar Aritmatik
Logic dengan jumlah jam pertemuan 3 jm ( 2x 45 menit ) materi disusun melihat kekurangan pada
siklus I bahwa perlu penekanan untuk menguatkan pemahaman dasar siswa materi
disusun lebih jelas dan sangat mudah dipahami siswa dan tetap mengacu pada pendekatan
scientifik,
|
Guru
melaksanakan pada pengajaran sesuai
RPP lebih mendampingin siswa memecahkan
kesulitan siswa menyerap materi , membantu siswa melihat hubungan
materi pada pertemuan sebelumnya. guru melibatkan aktif siswa dengan kegiatan
diskusi dalam kelompok dan banyak mengerjakn soal-soal latihan
|
|||
Pertemuan I guru menyiapkan materi dan konsep penguatan
konsep Aritmatik Logic. Materi meliputi tentang bagaimana mengembangankan
rangkaian logika dasar dengan membangun rangkaian penjumlah (adder) dan
Rangkaian Pengurang (Subtractor).
|
Jika pada pembelajaran sebelumnya siswa membuat
rancangan rangkaian logika Dasar, pada pertemuan I ini guru mencoba
mengarahkan siswa untuk melihat
hubungan antara rangkaian logika dengan rangkaian aritmetik dengan harapan
siswa dapat melihat bahwa rangkaian logika dasar yang dipahami sebelumnya
dapat dikembangkan menjadi rangkain penjumlah
|
|||
materi pada pertemuan II tingkat
kesulitan siswa semaking kompleks untuk memudahkan pemahaman siswa, dibantu
dengan aplikasi simulasi “Atanua” kemudian guru menyiapkan file tutorial
penggunaan aplikasi tersebut mengingat panduan untuk aplikasi tersebut masih
kurang referensinya sampai saat ini peneliti belum menemukan termasuk di
media online, untuk itu guru menyiapkan jobsheet untuk dikerjakan secara
berkelompok , Karena Pertemuan II guru merencanakan instrumen test mengukur
pemahaman siswa
|
Guru mereviw pelajaran sebelumnya , selanjutnya guru mempresentasikan
salah satu rangkaian penjumlah sederhana
siswa membuat contoh rangkaian penjumlah sederhana Halt Adder di
aplikasi “Atanua” kemudian guru memberikan
rangkaian penjumlah dengan tingkat kesulitannya berbeda dengan rangkain
penjumlah sederhana(halt Adder) dengan rangkaian penjumlah Full Adder
|
|||
Pertemuan III materi dikembangkan lagi dengan materi yang lebih menantang
kemampuan siswa dengan rangkaian pengurang (Subtractor) guru menyiapkan jobsheet , materi ajar dan Instrumen
test unjuk kerja siswa
|
Guru menuntun siswa untuk mencoba penyelesaikan test
unjuk kerja dan mencatat ha-hal yang merupakan kendala utama siswa
menyelesaikan test unjuk kerja
|
|||
Untuk
setiap pertemuan Guru menyiapkan media
pembelajaran dengan materi dipresentasikan di hadapan siswa dengan
menggunakan aplikasi ppowerpoint . Materi presentasi disusun sesuai dengan
karateristik PBL yakni menjadikan permasalahan sebagai starting point dan
berasal dari dunia nyata yang menantang dan mudah dikenali oleh peserta didik.
Menyediakan master program Aplikasi “Atanua” Aplikasi bantuan untuk simulasi
membuat rangkaian Digital
|
Siswa
menyaksikan presentasi dan siswa terdorong untuk bertanya tentang materi yang
ditayangkan karena menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan
peristiwa atau kejadian yang dialaminya sehari-hari. Siswa menyimak video
tutorial aplikasi bantuan “Atanua” dan membuat rangkaian logika penjumlah dan
pengurang pada aplikasi tersebut
|
|||
Guru
menrencanakan untuk mencatat hal-hal yang terjadi saat kegiatan berlangsung
berdasarkan urutan kegiatan
|
Mencatat
perkembangan pembelajaran dengan melihat peristiwa-peristiwa yang menjadi
faktor pendukung dan faktor penghambat
|
|||
Pengamatan
|
Reflesi
|
Di Siklus II khususnya pertemuan I dan II , meskipun
kompetensi yang diajarkan berbeda dengan pada siklus I sebagian siswa sudah
dapat memahami materi rangkaian penjumlah dan pengurang terajadi peningkatan
nilai dibandingkan dengan siklus 2 meskipun ada beberapa siswa masih
mengalami kesulitan memahami cara kerja rangkaian logika aritmetik,
ketidakmampuan siswa tersebut karena masih lemahnya penguasaan konsep dasar
rangkaian Gerbang Dasar, meskipun guru telah memberikan banyak soal latihan
dan dan uji coba menggunakan aplikasi bantuan (Atanua), kemampuan matematika
dasar siswa sangat berpengaruh pada pelajaran ini
|
Dari
Siklus II diketahui bahwa kemampuan dasar matematika sangat berpengaruh pada
siswa untuk memahami secara utuh prinsif kerja rangkaian aritmetik karena
adanya pengunaan konsep logika, kombinasi dan simbol. Penelitian ini hanya
terlaksana selama 2 siklus, peneliti berasumsi untuk peningkatan hasil
belajar siswa guru perlu mencari metode
cara mengajar pada siswa yang
kemampuan Matematikanya lemah
|
Pada
pertemuan ke III Untuk Hasil unjuk kerja menunjukkaan peningkatan nilai dan
tidak ada lagi siswa pada nilai pengetahuannya memenuhi kreteria ketuntasan
di praktekum menurun seperti yang terjadi pada siklus I, beberapa siswa sudah
mengalami peningkatan nilai ketrampilan jika dibandingkan pada siklus II
tetapi secara umun nilai kenaikan siswa belum mencapai rata-rata nilai yang
memuaskan (masih di bawah rata nilai 3) dan masih ada siswa yang belum
memenuhi ketuntasan minimal
|
Peningkatan
nilai ketrampilan memang terjadi jika
dibandingkan dengan hasil yang dicapai pada Siklus II akan tetapi nilai yang diharapkan
belum memuaskan guru, kemampuan ketrampilan siswa masih sangat dipengaruhi
oleh pengetahuan dasar dan motivasi kuat siswa untuk berlatih menyelesaikan
contoh-contoh rangkain aritmetik, meskipun sudah terbantu dengan aplikasi,
tidak menjadi jaminan siswa yang memiliki laptop dapat memahami dengan baik
dan mampu membuat secara mandiri rangkain logika , sehingga kedepannya untuk pengembangan penelitian ini Guru harus
terus memotivasi siswa meningkatkan inisiatif belajar mandiri dan kemauan
kuat melatih skil dengan banyak latihan di luar jam sekolah
|
A.
Proses Analisa data dan Pembahasan
1
Analisis
berdasarkan data perolehan nilai dari hasil pengetahuan dan ketrampilan baik dari siklus 1 dan siklus 2 siswa kelas X
TKJ yang berjumlah 33 orang.
2
Setiap siklusnya
terdiri dari dari 3 pertemuan dengan teknik pengambilan nilai untuk pengetahuan diambil pada pertemuan ke-2
dan untuk mengukur ketrampilan diambil
pada pertemuan ke-3
3
Pengetahuan diukur
dari dari 3 hal yakni pemahaman konsep
dasar(teori dasar), memahami simbol
dan karateristinya serta kemampuan menjelaskan pengembangan rangkaian
4
Ketrampilan diukur
dari kemampuan siswa mengisi tabel hasil output (tabel kebenaran), membuat
rangkaian logika dasar dan aritmetik serta mendesain sendiri rangkaian logika
dasar
5
Setelah
pembelajaran diperoleh data hasil pengetahuan dan ketrampilan pada siklus I dan
II, menunjukkan adanya perubahaan nilai jika dibandingkan dengan materi
sebelumya sebelum PTK dilaksanakan
Tabel :
Hasil tes Pengetahuan dan Ketrampilan siswa pada materi sebelumnya Kompetensi Dasar Sistem Bilangan)
No
|
Nama Siswa
|
Nilai Pengetahuan
|
Nilai Ketrampilan
|
|
1
|
ADE KURNIAWAN
|
2,83
|
2,85
|
|
2
|
ADIB AMANULLAH
|
2,34
|
1,80
|
|
3
|
ADITYA SETIAWAN
|
2,50
|
2,46
|
|
4
|
ANDI ILHAM
FHATOTORI AKBAR M
|
2,98
|
2,65
|
|
5
|
AYU AZHARI
|
2,66
|
2,19
|
|
6
|
DILA PUTRI
ANDRIYANI
|
2,65
|
2,26
|
|
7
|
ERNESTINE ZEFANYA
|
2,82
|
2,66
|
|
8
|
FARHAN DHANDY
SETYAWAN
|
2,33
|
2,20
|
|
9
|
FITRI WULANDARI
|
2,74
|
2,33
|
|
10
|
GRACE TODING DATU
|
2,74
|
2,79
|
|
11
|
JORDY KURNIA
PRANATA
|
2,49
|
1,86
|
|
12
|
MARDIANTO
|
2,66
|
2,72
|
|
13
|
MILA LESTARI
|
2,17
|
1,80
|
|
14
|
MOHAMAD CHAIRUL
REZA
|
2,98
|
3,12
|
|
15
|
MUHAMMAD FIRHANSYAH
|
2,49
|
2,52
|
|
16
|
MUHAMMAD IDRIS
|
2,66
|
2,66
|
|
17
|
MUHAMMAD IHZA
SETIYAWAN
|
2,49
|
2,79
|
|
18
|
MUHAMMAD NUR KASMIR
|
2,74
|
2,73
|
|
19
|
MUHAMMAD RIVAI
|
2,58
|
2,59
|
|
20
|
MUHAMMAD RIZKI
TABARA
|
2,50
|
2,40
|
|
21
|
MUHAMMAD SUKRI
|
2,59
|
2,67
|
|
22
|
NUR ASIAH
|
2,98
|
3,12
|
|
23
|
NUR REZA PRESILIA
|
2,66
|
2,59
|
|
24
|
NURUL ANNISA
SAFRIYANI A.
|
2,82
|
2,59
|
|
25
|
ORNANDO SETIA
DEWAJI
|
2,17
|
2,00
|
|
26
|
RANGGA AGUNG
WICAKSANA P.
|
2,66
|
2,59
|
|
27
|
RATNA DEVI YANTI
|
2,42
|
2,80
|
|
28
|
RIDHO FHARIAL FASHA
|
2,66
|
2,79
|
|
29
|
RIFANSYAH LUKMAN
|
2,66
|
2,65
|
|
30
|
RIKY ADI SAPUTRA
|
3,15
|
3,26
|
|
31
|
TAUFIK HIDAYAT
|
2,99
|
2,99
|
|
32
|
WAHYU ANGGARA
|
3,58
|
3,26
|
|
33
|
NUR FITRIA
RAMADHANI
|
3,40
|
3,12
|
|
Jumlah siswa
di atas Nilai KKM (< 2,67)
|
20 siswa
|
14 siswa
|
||
Jumlah siswa
di bawah Nilai KKM (> 2,67)
|
20 siswa
|
19 siswa
|
24r4444444e77777777777777754
6.
Pada
pertemuan sebelumnya atau pra PTK pada kompetensi dasar “sistem bilangan” siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM
(2,67), untuk pengetahuan ada 20 siswa (60,61 %) dan Ketrampilan ada 19
siswa(57,58 %),
7.
Pra PTK
dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa serta faktor-faktor apa yang
mendukung untuk pelaksanaan PTK pada Kelas tersebut. Peneliti menemukan
perlunya penguatan konsep dasar (teori Dasar), pengenalan simbol dan latihan
menggembangkan konsep dengan latihan mengerjakan contoh-contoh rangkaian logika
yang lebih bervariasi
8.
Hasilnya Siklus I menunjukkan terjadi peningkatan
nilai pengetahuan dan ketrampilan dengan
kompetensi dasar “Relasi Logik Gerbang Dasar (OR, AND, NOT , NAND, NOR
dan EXOR) dimana siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM untuk pengetahuan
turun menjadi 13 siswa (56,62 %) dan Ketrampilan turun menjadi 8 siswa(24,24 %)
jika dibandingkan dengan hasil pertemuan sebelumnya.
9.
Reflesi
dilakukan pada siklus I sebagai upaya
menemukan kekurangan dari metodelogi pembelajaran yang digunakan pada siklus I
, hal utama dilakukan pada siklus 2 memberikan lebih banyak contoh soal latihan
dan guru mendorong semangat siswa untuk berlatih di rumah dengan rangkaian
logika yang lebih menantang, guru menyiapkan apllikasi bantu untuk mensimulasikan
rangkain yang dibuat oleh siswa
10. Pada siklus II kompetensi dasar “Aritmetik Logik:”
terjadi peningkatan nilai dapat terlihat
dari siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM untuk pengetahuan turun menjadi 5
siswa (21,74 %) dan Ketrampilan turun menjadi
6 siswa(18,18 %)
11. setelah melakukan PTK , Perubahan nilai pada hasil
siklus I dan hasil siklus II , untuk pengetahuan dari 13 siswa yang tidak
lulus (di bawah KKM) turun menjadi 5 siswa besarnya perubahaan pembelajaran
dari siklus I kemudian melakukan perbaikan pada siklus II adalah 34, 88 %,
sedangkan Nilai Ketrampilan besarnya persentase perubahaan yang dilakukan
peneliti pada siklus II adalah 6,06 %
12. Dari analisa tersebut penelitian PTK yang telah dilakukan oleh
peneliti telah menunjukkan adanya peningkatan nilai di siklus I kemudian
dilanjutkan pada siklus II, Peneliti mengangap
upaya yang dilakukan telah berhasil dengan baik diawali perencanaan di siklus I , kemudian
melakukan reflesi untuk perbaikan pada
siklus II.
12. Adanya kenaikan nilai pengetahuan dan ketrampilan pada
siklus I, karena peneliti memberikan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis
yang
dilakukan dan
pembahasan
penelitian
tindakan kelas
ini, maka dapat diambil simpulan
sebagai berikut
:
1. Dengan penerapan model pembelajaran
berbasis masalah
untuk Kompotensi Dasar Relasi Logik
(gerbang Dasar OR, AND, NOT, NAND, NOR dan EXOR)dan Aritmetik Logik kelas X TKJ SMK Negeri 1 Sangatta
Utara dapat meningkatkan `kemampuan
Pengetahuaannya dan ketrmpilan siswanya. Hal ini terbukti dari data yang
menunjukkan adanya peningkatan yaitu dari semula
pada siklus I siswa
yang memenuhi ketuntasan minimal (KKM) untuk pengetahuan 20 siswa (60,6 %) dan ketrampilan 22 siswa (67 %). meningkat pada
siklus II dengan data pengetahuan 28 siswa (84,85 %) dan ketrampilan 25 siswa (76 %)
2. Karakteristik Problem Based Learning adalah
permasalahan menjadi starting point dalam belajar,
perrmasalahan menantang pengetahuan yang dimilki oleh Peserta didik, sikap dan kompentensi yang kemudian membutuhkan
identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam mengajar
3.
Pembuatan PTK membantu guru melakukan evaluasi mengajar di kelas,
sebagai otokritik melihat kekurangan dan keterbatasan dalam mengajar di kelas. Tahapan PTK yang dimulai dari
Perencanaan dan diakhiri dengan reflesi dapat terukur bila semua terlaksana
dengan sistimatis, terdokumentasi dan mempunyai analisis data.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat peneliti sampaikan adalah
sebagai
berikut :
1. Hendaknya hasil penelitian ini dapat menjadikan instrospeksi bagi guru dalam
melakukan pembelajaran di kelas,
agar guru bisa mengadakan inovasi-inovasi baru
dalam pembelajaran sehingga
bisa ditemukan suatu model pembelajaran paling tepat yang dapat diterapkan pada proses pembelajaran khususnya pada
pembelajaran Kewirausahaan.
2. Hendaknya guru meningkatkan
penguasaan
terhadap berbagai jenis model pembelajaran dengan mengikuti berbagai kegiatan seperti diklat atau
seminar
pendidikan sehingga dapat memilih dan
menentukan model pembelajaran yang
tepat untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
3. Hendaknya dalam kegiatan pembelajaran yang sifatnya berkelompok seperti
pembelajaran berbasis masalah, guru diharapkan
mampu mengendalikan kelas dan lebih meningkatkan pengawasan karena
mengingat kegiatan
pembelajaran berkelompok siswa
sangat rentan siswa
untuk bergantung pada hasil pekerjaan temannya dan juga berpotensi untuk membuat kondisi kelas menjadi gaduh.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian - Suatu Pendekatan Praktik (Edisi
Revisi 2010). Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Aditya
Fadly. 2012. “Peningkatan Aktivitas
dan
Hasil
Belajar
Siswa Melalui
Model Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) Studi pada Kelas X
Bisnis dan Manajemen Mata Pelajaran Kewirausahaan di SMK Ardjuna 1Malang”, dalam jurnal Pendidikan Ekonomi. Juli 2012. Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri
1 Malang.
Darmawan.
2010. “Penggunaan Pembelajaran
Berbasis Masalah Dalam Meningkatkan
Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran IPS di MI
DARUSSAADAH Pandeglang”, dalam jurnal Penelitian Pendidikan.
Volume 11 Nomor 2 Oktober 2010. ISSN
Djamarah, Syaiful
Bahri dan
Aswan Zain. 1997.
Strategi
Belajar
Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta
Eggen, Paul dan Kauchak, Don. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran –
Mengajarkan Konten Ketrampilan Berpikir. (Edisi Keenam). Jakarta: PT Indeks
Fathurrohman.
2007. “Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah
Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa SD Dalam Pembelajaran PKN”,
(online). Bandung:
UPI.
Fisher, Alex. 2008. Berpikir kritis:
Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga. Hamalik,
Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta:
Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar. 1994.
Media Pendidikan. (Cetakan ke-7). Bandung:
Penerbit PT
Citra Aditya Bakti.